BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Minggu, 19 Mei 2013

PKS Maju!!!

Saudaraku, kenalkan kami ini gerakan dakwah,
Harta kami yang sesungguhnya adalah hati, akal dan lisan kami,
yang dulu bergerak leluasa diatas kaki-kaki seadanya.
Kalian bisa ambil seluruh rumah, kantor, mobil dam meja kami.
Tapi kalian tidak bisa mengambil HATI, AKAL dan LISAN kami. (Mahfudz Siddiq)

Irisan Secuil Hati

Hari ini remuk telah hati,
Mungkin kau tak peduli atau bahkan mencaci
Tapi di hati terdalam,
Remuk telah diri.

Begitu banyak cinta yang telah kau beri
Begitu banyak pengorbanan yang telah terjalani
Perjuangan, airmata, duka
Semua telah kau jalani.

Namun ternyata apa yang terjadi,
Tertampar kita oleh mereka
Tercaci dan tercabik kita oleh mereka.

Sakit hati ini terasa,
Hati kita semua.

Begitulah kejamnya politik,
Dan itulah yang akan kita hadapi.
Ustad... andai kita boleh memaki,
Ingin ku maki dan ku sumpat mereka dengan kata-kata yang mungkin akan dikabulkan Tuhan.

Tapi, tidak...
Karena agama kita tidak mengajarkan seperti itu...
Ustad..., kita sedang di uji.
Semoga Allah kuatkan langkah ini.

PKS bukan Mie Instan!

By: Nandang Burhanudin
****

Semua pasti kenal dan pernah merasakan yang namanya mie instan. Karakternya hampir sama: Cepat saji. Mudah dibawa. Namun harus diingat, efeknya tidak tahan lama, mudah basi, dan tentu menurut penelitian ahli medis: berpenyakit!

Ada yang bertanya, mengapa kader-kader PKS begitu solid malah makin solid setelah kasus LHI? Jawabannya mudah:

PERTAMA: Interaksi kader-kader PKS di semua jenjang tidak berlangsung instan, minimal 3-6 tahun. Waktu selama itu, dipastikan cukup mengenal karakter-tabiat-dan watak seorang kader yang pasti berbeda satu sama lain.

Dalam interaksi itu, plus-minus sebagai manusia jamak terjadi. Ada masalah hutang piutang, masalah RT, ketersinggungan, hingga masalah komitmen. Layaknya manusia kebanyakan, hal itu lumrah terjadi dan bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Namun jika tuduhan itu hingga tingkat: hobi main perempuan, hobi korupsi, nampaknya terlalu mengada-ada dan semua kader pasti merasa tersinggung dan menolak keras.

KEDUA: Setiap kader yang ditunjuk mewakili PKS, tugas utamanya adalah BERDAKWAH. Jadi apapun di PKS, sifatnya bukan TAKRIM (pemuliaan) tapi TAKLIF (penugasan).

Memang, yang paling mencolok dari interaksi sosial kader-kader PKS adalah setelah banyaknya kader-kader yang DITUGASKAN berdakwah di parlemen, eksekutif, birokrasi, dan level-level "basah" lainnya.
Fitnah "basa-basah" ini mulai memunculkan syakwasangka. Entah karena kesibukan atau miskomunikasi, fitnah ini pula yang membuat beberapa kader "merasa" disingkirkan. Padahal jika sadar akan misi awal berdakwah, tak akan ada yang merasa termarjinalkan.

Namun, faktor tabiat dan karakter bawaan tadi, tak sedikit memunculkan ketersinggungan. Seakan ada "gap" jika seorang kader sudah menjadi Gubernur, Bupati/walikota, Aleg DPRRI atau DPRD. Kader-kader di bawah terjangkiti "ghil" (ketidakenakan hati), bahwa jerih payah mereka dilupakan. Sebaliknya para qiyadah merasa, tugas sebagai pejabat publik teramat banyak. Di sini sekali lagi, masalah komunikasi dan interaksi sosial paling menentukan.

KETIGA: Sistem Pembinaan PKS terstruktur dan massif.
Inti dari pembinaan di PKS sebenarnya lebih pada penekanan Hablum minallah dan hablumminnas. Namun direalisasikan dalam KERJA NYATA membangun negeri dengan penuh dedikasi tinggi.
Banyak yang menghubung-hubungkan PKS dengan IM di Mesir. Ini tidak terlalu salah. Karena memang buku-buku inspirasi pergerakan PKS, banyak menggunakan buku-buku IM, gerakan paling produktif di dunia. Disamping tidak menapikan buku-buku dari Salafy, Persis, NU, Muhammadiyah juga digunakan sebagai pembanding memahami realitas.

Target jalinan cinta dengan Allah adalah: terlatih khatam-hafal Al-Qur'an, Qiyamullail, Shaum Sunnah, Zakat, Haji. Selain itu dilatih juga untuk menjalin cinta dengan manusia melalui Yayasan, Sekolah, Baksos, Rumah Sakit, Shadaqah, Kurban, Olah raga, Kerja Bakti, dan menjadi donatur atau fasilitator bagi masyarakat tidak mampu. Maka prinsip PKS dalam interaksi sosial adalah:
1. Manjauhi perdebatan masalah ikhtilaf FIQH. Di PKS, kita akan temukan kader-kader dengan latarbelakang berbeda bahkan berasal dari semua ormas yang masih satu kiblat, satu Nabi, satu Al-QUr'an, hanya berbeda pemahaman Fiqh saja.

2. Menjauhi kebanggaan masalah suku atau asal muasal kedaerahan. Di PKS, biasa terjadi pengurus DPW-DPD di Jabar dipimpin kader-kader dari etnis Jawa, Makassar, atau Sumatera. Namun di daerah lain pun sama, di Jateng-DIY-Riau-Kaltim-Sumatera banyak kader-kader etnis Sunda yang menjadi pengurus teras di PKS.

3. Menjauhi kebanggan gelar pendidikan dan delegasi penugasan (tauzhif) diberikan atas dasar kafaa'ah (kemampuan) bukan karena asal bergelar pendidikan. Maka di PKS, seorang kader yang berprofesi sebagai tukang bangunan bisa jadi memimpin grup halaqoh yang diisi sarjana.

KEEMPAT: Misi besar PKS adalah menghadirkan keadilan dan kesejahteraan, yang otomatis tantangannya harus berhadapan dengan mafia-mafia penguasa negeri ini.
Maka kader-kader PKS dari awal sudah sadar, efek dari komitmen membangun kemandirian negeri dan bangsa, akan dibenturkan dengan berbagai fitnah.

Di sini, Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengingatkan: "Wahai Ikhwan, sungguh aku sama sekali tak khawatir jika seluruh dunia bersatu untuk melibas kalian. Sebab dengan izin Allah, kalian lebih kuat daripada mereka. Tapi aku khawatirkan 2 hal menimpa kalian:
1. Aku khawatir kalian melupakan Allah, hingga Allah membiarkan kalian.
2. Atau kalian melupakan ikhwah-ikhwah, hingga akhirnya satu sama lain saling memperdayai."

Jadi, sikap solid kader-kader PKS bukan didasari kegilaan pada qiyadah, atau ketaatan buta terhadap pengurus partai, namun lebih didasari pada kenyataan: tidak mudah menemukan komunitas yang memadukan keshalihan ritual-sosial dengan langkah nyata di tataran nyata dan berefek komunal.

Jadi bila ada kader semisal Margono, maka bisa dipastikan ia adalah kader Mie Instan!