BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Selasa, 23 Desember 2014

Episod diri

Hari, apa kabar? kita bertemu lagi di pagi ini dengan tiap episod2 diri menjelang berakhir tahun 2014 ini. Alhamdulillah, kita masih bisa bertemu. Akupun tak sanggup membayangkan bila ternyata esok tak diizinkan bertemu denganmu lagi. Bukan karena tak sanggup, tapi tak siap. Tak siap menyiapkan bekal masa panjang, Akhirat.
Hari, kau telah bergulir bersamaku lebih dari 9210 kali. Waktu yang dibilang tak singkat. Kau membuatku bahagia, sedih, terluka, tertawa, kecewa, terkejut bahkan terkagum melihat keajaiban-keajaiban hidup yang kau suguhi. Berkali-kali aku jatuh, berkali-kali aku letih, berkali-kali pula Allah beri cinta. Tanpa bosan apalagi terpaksa.
Hari, hal apa yang berarti yang telah aku tinggalkan untuk aset surgawi?
Hal apa yang bisa ku banggakan saat menghadap sang Rabbi?
Mampukah kau membantuku dalam menjawab pertanyaan itu nanti?
Hari... ku tak pernah tahu sampai kapan ku akan menemanimu untuk berbagi cerita dan pagi.
Terkadang sulit kurasa membuka mulut untuk sekedar bercerita tentang kisah hari ini.
kaulah yang diberi tugas untuk menjalani. walau tetap takdir dan kitalah yang menentukan sikap kita pada tiap peristiwa.
Hari, apa kabar kau pagi ini?
Mengapa kau terus saja bergulir tanpa pernah berhenti semenit atau bahkan sedetik. Tahukah kau, aku telah menghabiskan ratusan juta ribu detik dengan kesia-siaan dan keterlenaan.
Dimana kau saat aku tak berdaya dan sepi? Mengapa tak kau ingatkan aku saat lalai dan santai.
Andai kau bisa bicara, pastikan kau katakan, "Ayo teman, bangkit. Bangunlah."
Aku terlalu tak menghiraukanmu. Kisah hidupku terkadang membiusku. Untuk ukuran galau dan pilu, aku pasti menciut. Sedang bahgia kadang menghipnotis jiwa.
Fokus kata ustadz. Mungkin itulah yang kan kita coba untuk jalani. Agar efisiensi waktu terasa berarti.

Tapi, tak bolehkah aku menitikkan air mata untuk melepas kacamata yang menujukkan bahwa aku hanyalah manusia lemah. yang juga sedih saat ditinggalkan, yang juga marah saat disepelekan. Hmmm.. kau juga manusia hati, menangislah bila itu mampu mengobati luka. Hingga ingin rasanya ku berteriak, "Jangan pergi!." Aku sudah cukup merasakan kehilangan akhir-akhir ini. Haruskah kalian pergi lagi saat ini??. Mengapa? mengapa disaat yang berdekatan. disaat sedihku baru akan reda, kalian akan pergi juga?. Adek, inilah tarbiyah. tarbiyah hidup yang kini coba kujalani pelan dan perlahan. Aku tak sanggup. Tapi Allah tak akan membebani seseorang diluar batasnya. Tuhan..., Kuatkan! hidup ini betul-betul mentarbiyahku. Semoga dengan perjalanan tarbiyah ini menjadikanku lebih baik, kuat, dan semakin dicintai olehMu. Ampuni segala khilaf dan salahku Rabbi. Maa Lana Ghoiruka ya Allah, Nastargfirullah. Kami tak mempunyai siapapun selain Engkau ya Allah. Tolong, ampuni kami.