BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Senin, 28 November 2011

kau tahu aku merindumu

Pada angin ku tanya
Kemana kau terbawa pergi
Pada bumi ku sapa
Adakah tertapak jejak-jejak hatiku terdeteksi

Ia terjatuh dari hatiku
Sesaat sebelum kau dengarkan
waktu akan pergi
Berlari menyusuri bintang dan malam

Tertahan sayat disini
Dan ku tahu kita lebih perih
281111

Rabu, 23 November 2011

Seutas Cerita Pagi

Hari ini, rasanya berattt sekali.
Entah karena kecapean atau karena lesu
tapi, rasanya semua berkumpul jadi satu.
Hari senin kemarin, pagi-pagi ke kampus mendalo rencana mau daftar agenda biar gak pusing2 lagi ngurus skripsi, udah bosan rasanya. Tapi, belum dikabulin, alhasil kembali dengan bahan-bahan lengkap. tapi gak langsung pulang kerumah. Dari mendalo urus skripsi, ikut kajian dulu yang udah direncanain al-alim. biasa pengalaman pertama bikin kajian di mendalo. hmm agak kurang puas. tapi alhamdulillah ketemu pemateri yang ikhlas.
Selesai kajian, kejar kebut ke thehok beringin, mau antar teman yang mau balik ke ternate. sekaligus lihat abang oby yang rencana mau masuk pesantren di cibubur. Dia sedih, maklumlah anak terakhir yang baru lulus SD itu gak pernah pisah jauh dari ummi. Beliau sedih, aku juga sedih. Tapi terakhir aku lihat dia, dia coba tersenyum sambil masuk ke bandara. sebelum kebandara, hujan deras, kita hujan-hujanan deh. walau pake mantel, tapi tetap basah, karena yang aku tutupi tas dibelakangku yang berisi skripsi, didepan meski pake jaket tapi basah semua, bisa diperas. dingin banget, gak apalah sekali-kali, lagian kan perginya jauh dan ntah kapan lagi balik ke jambi.
nyampe dirumah jam 6 kurang, o my god... dingin banget rasanya.
Hari selasa, rasanya udah panas dingin, tapi tekat untuk daftar agenda dalam minggu ini yang akhirnya membuat kuat. Pergi pagi dan ternyata masih harus melengkapi 1 syarat tanda tangan ketua jurusan.
Akhirnya balik lagi, tapi gak mau kemana-mana udah capek, rasanya gak kuat. pulang kerumah langsung tertidur. Hari itu diajak ke rumah sakit lihat dosen sakit, tapi gak enak kalo cuma berdua, apalagi wanita, enaknya rame-rame dan ada ikhwan, jadi gak canggung.

Rabu,
pagi tadi terbangun dapat sms dosen yang kemarin sore masuk rumah sakit telah dijemput ke alam ruh. gak tau harus ngapain lagi. bingung.
sampe sekarang. rasanya gak pengen kemana-mana.
baru beberapa hari yang lalu kulihat sang dosen tersenyum sambil berjalan didepan mahasiswanya.
gak kelihatan satu penyakitpun. rasanya begitu singkat, hari selasa ku dengar beliau masuk rumah sakit dan hari ini, telah kembali sama yang punya nyawa.
Mengingat kontribusi beliau yang sangat respon dengan kegiatan dakwah.
Pada tahun 2009/2010 beliau mengisi hasta karya yang diadakan didepartemen bakmi dimana aku dan teman-teman bertanggung jawab disana. Hari itu, sang bapak membawa anaknya yang kecil, chuby dan imut. aku membawa keponakanku pipit, dia agak sedikit segan, tapi ku paksa biar dia agak sedikit terbiasa
dengan suasana jambi. karena sudah lama nyantren di kota hujan dan harus kembali karena permintaan ortu.
Mungkin karena bosan dan gak enak dikampus, akhirnya dia main sama anaknya pak Burhan. lucu memang anaknya masih kecil.
Dan beliau juga yang dulu memberi semangat kepada kakak tingkat untuk mendirikan FSI al-alim di fak yang katanya didominasi oleh satu kelompok otoriter yang tidak ingin ada organisasi lain di fak itu. hmm... kisah tragis mahasiswa oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
Aku sedang tidak ingin menceritakan lembaga itu.
Meskipun kondisi fakultas yang begitu aneh, tapi pak burhan tetap bersedia ketika diminta untuk menjadi pembina di FSI al-alim. 
Dan kini, aku diamanahin untuk memegang al-alim di beberapa saat terakhir aku di kampus atau di jambi.:)

Sudah hampir jam 10 kurang satu menit. hmm.. rasanya masih males untuk ke kampus, aku ada janji dengan ketua prodi untuk minta tanda-tangan agenda. tapi belum ada tanda-tanda api semangat didalam diri. ntahlah, rasanya sungguh tak bersemangat.
apa yang harus kulakukan...
semua rasa duka itu rasanya merasuk ke hati, tapi aku tak bisa menangis. mungkin tepatnya belum.
karena masih terngiang wajah ramah yang tersenyum padaku dibeberapa hari kantor kampus itu. pada umur yang masih muda. 
Innalillahi wa innailaihirojiun...

Minggu, 20 November 2011

Salam Perpisahan


Perpisahan itu tak seindah pertemuan
Bahkan lebih sakit dari putus cinta.
Karena cinta yang ditanam, berakar dan bertunah harus terpangkas.
Perpisahan itu tak semanis madu
Bahkan lebih pahit dari sirup.
Karena sirup yang diambil berasal dari campuran cinta, persahabatan dan air mata.
Dan itulah nikmatnya iman…
Indah bukan…
Pilihan yang sulit, setelah aku wisuda, maka aku akan kehilangan mereka. Tak pernah terpikir harus berpisah dengan mereka secepat ini, rasanya baru kemarin aku bertemu, bercanda, bermain dan bersama-sama dalam bingkai indah bernama ukhuwah. Dan kini aku ragu sendiri untuk melangkah. Pilihan yang tak kuduga-duga saat harus meninggalkan semua yang telah bersama-sama membangun diri ini.
Aku tak tahu apa yang direncanakan tuhan kepadaku, tapi yang aku tahu aku sangat sedih bila harus meninggalkan semuanya lagi. Andai ini yang terbaik, semoga engkau meneguhkan hati ini Tuhan. Tak pernah ku tahu seperti apa aku kini. Sama seperti hari ini, tak pernah kutahu seperti apa esok aku nanti. Yang aku tahu, aku sedih. J
Ternyata tak selamanya yang ada didekat kita adalah milik kita, tak selamanya sahabat, teman dan kawan akan menerangi hari-hari kita. Sulit ya ternyata saat kita yang meninggalkan ketika  semua tangan dan hati telah bercengkraman erat. Mudah-mudahan ini yang terbaik. Haza minfadli rabbi.. amin..
Teguhkan hati kami dalam iman kepadaMu Rabb. Amin.

Aku, kamu dan mereka
Dulu bersatu
Hingga takdir menyampaikan berita
Bahwa aku, kamu dan mereka
Harus berperang menyelamatkan episode-episod kehidupan
Dengan cara dan jalan sendiri-sendiri
Dahulu,
Kukatakan kepada kalian
Bahwa kalian adalah pelukis senyum dan menghibur luka
Mungkin aku angkuh, hingga kini
Aku yang akan pergi
Setelah senyum dan bahagia telah kudapati.
Andai waktu dapat kuganti
Aku ingin memilih tidak mengenal kalian sama sekali
Hingga ketika waktu menyuruhku untuk pergi, aku tak akan terluka
Oleh kepingan-kepingan hati yang telah aku bagi.
Dan tak bisa kembali.
Terimakasih untuk semua cinta yang telah kalian beri.
Semoga kita akan bertemu lagi
Dalam bait-bait doa yang terucap,
dalam senandung rindu yang menggema
dan dalam bingkai kehidupan yang telah memotret kita menjadi abadi
pada hati.

Kamis, 10 November 2011

Seberkah Kisah

Masih ingat dengan lagu Edcoustic-menjadi diriku?
Yuk, kita coba ulang dan resapi :
Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya.
Wajahku kan memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Ku akui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya.
Menjadi diriku, dengan segala kekurangan
Menjadi diriku, atas kelebihanku...
Terimalah aku
Seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Tak mungkin sempurna
Tetap ku bangga atas
Apa yang ku punya
Setiap waktu ku nikmati
Anugrah hidup yang kumiliki..

Lagu itu begitu indah dan tentu punya makna tersendiri bagi yang merasakan. :)

Terkadang, memang benar kata orang bahagia itu ada dihati. Saat kita bersyukur itulah kebahagiaan sebenarnya.

Seorang kakak di keluarga FLP berkata padaku, dan kata-kata itu sangat menyentuh, (saat itu kita lagi berbicara tentang keluarga yang diluar jambi) "Ifadah, sebenarnya kakak pengin Ifadah ke luar juga karena kalo dijambi tau sendiri gimana keadaannya, tapi kakak juga sedih kalo ifadah keluar kakak gak ada temannya". hehehe maklum anak FLP yang selalu bikin rame cuma aku. iyah..Lebay. Tapi intinya bukan terharu di gak ada temen. Tapi terharu di keadaan jambi sendiri. dan semua mengakui. Bukan karena Jambi jelek, itu salah besar karena banyak rahasia Jambi yang belum terbuka seperti Kerajaan Sriwijaya. malah kemarin setelah ada kabar kerajaan sriwijaya itu di jambi. aku mulai narsis-narsis jangan-jangan keturunan raja nih. hehehe. Dilarang iri. iri tanda tak mampu. :). Jadi sabar ya yang bukan orang jambi. aduh ntar deh kita bernarsis-narsis ria. sekarang mau fokus aja dulu di ... di mana tadi.
Iyah disitulah...

Tapi memang benar, ketika kita berada ditempat lain, setidaknya akan banyak pengalaman dan suasana penunjang yang dapat membentuk diri dan pribadi kita. Seru pasti dan sangat menyenangkan. Pengalaman adalah guru yang berharga. Saat kita di tempatkan di kandang macan, tentu kita akan berlari sekuat tenaga dan berpikir tepat, cepat, gesit, dan pintar agar terhidar atau membuat macam menjadi jinak. keputusan yang luar biasa sulit. Dan itulah pengalaman.
Berbicara tentang pendidikan di luar daerah atau luar negeri pun juga begitu. Sangat indah dan sungguh menantang. semua pasti suka dan ingin sangat ditawarkan sekolah ke tempat yang bagus dan banyak diminati dan baru untuk diri kita. Rasanya ketika kita bisa disana, tempurung yang selama ini membungkus perlahan membuka dan melihat hal-hal yang baru. Tentu tanpa meninggalkan cangkang yang menjadi perisai kita. Yang pasti, pola pikir, sudut pandang, bahkan pandangan orang-orang disekitar kitapun akan berubah terhadap diri kita. Lebih dihargai.
Aku sama dengan keinginan semua manusia lainnya, karena toh aku juga manusia.:). Siapa yang tidak ingin mendapatkan kesempatan emas seperti itu. Bahkan sudah didepan mata. tetapi entah kenapa semakin mendekat aku semakin bimbang.
Teman-teman dan keluargaku pun telah menempelkan jejak-jejak perjalanannya di Amerika, Australi, Inggris, Malang, Bogor, Lampung, Palembang, Canada, Philipin, Jakarta, Jogja, Padang, dll. Yah, mereka adalah orang-orang sekitarku lebih dekatnya keluargaku. Lalu aku, setidaknya masih sempat mencicipi Bogor untuk beberapa waktu. :). Terkadang terbesit keingginan untuk bisa sampai pada tingkat dimana teman-temanku bisa merasakan pengalaman-pengalaman baru mereka terutama dinegeri orang. Semangat itu muncul saat teman-temanku bisa sesungguhnya aku juga bisa. Sangat bahkan bila ada kemauan yang kuat.
kemarin saat perjalanan pulang dari palembang, aku terkejut mendengar kisah seorang ibu penjual lontong di pinggir jalan mempunyai anak yang kuliah di luar negri. Dan itu sebenarnya bukan hal yang jarang aku dengar, tetapi setiap mendengar seperti itu aku pasti takjub. Subhanallah. Jalan hidup memang sudah ditentukan, tetapi bila tidak berusaha bagaimana kita bisa tahu.
Aku salut dengan kekuatan luar biasa yang bisa diciptakan oleh sahabat-sahabat kita yang kurang baik finansial atau fisik, ternyata disaat titik-titik itulah mereka mampu membuktikan diri lebih baik dari anggapan orang. Tak perlu jauh-jauh ku mencari sosok-sosok itu tertanan didalam seorang yang membesarkanku dan orang-orang terdekatku. Namun kini aku yang malu. Lalu dimana letak keberanianku, bisakah aku berbuat seperti yang mereka perbuat minimal setara. S3. hem.. semua pasti tertawa, itu bukan minimal tapi maksimal. tapi ya itulah yang terjadi. Tubuh kecil yang menguatkan diri itu walau dengan segala kekurangan hingga harus menderita sakit dan cuti kuliah karena maag yang bertambah parah saat menahan lapar, tubuh kecil yang ketika malam belajar dengan lampu minyak yang ketika pagi membuat wajah hitam, dan saat mulai kantuk segera ia usap kantuknya dengan air agar bisa belajar lagi. yang ketika kelas 5 sudah mengikuti ujian kelulusan kelas 6. Ia, dia Ayahku. Ayah yang kuat dan teladan bagiku. Sungguh berat saat harus mengikuti jejak beliau. Tapi salut, tak pernah Ayah memaksa kami untuk sama seperti beliau. Beliau hanya ingin yang terbaik untuk anak-anaknya dengan tetap dalam arahan dan doa darinya. Aku juga malu bila harus berkata ayah ku ini itu begini begitu, sedang aku belum bisa mencapai apa yang pernah ia raih. Ntahlah, bukan aku tak mampu dan tak ingin hanya sepertinya belum punya niat yang kuat, hanya sekedar ucapan saja.
Lucu bila ingat cerita Papa saat aku mulai sedih dan mengeluh bila ada pelajaran yang sulit salah satunya bahasa Arab, Papa mulai bercerita kisahnya ketika kuliah di philipina saat itu Papa yang punya latar belakang Ilmu Peternakan harus mengambil Jurusan Pertanian karena makanan hewan adalah rumput-rumputan termasuk mempelajari unsur hara disitu. Pokoknya intinya begitu. Jadi ketika masih awal-awal kuliah disana memang benar-benar tidak tahu dan bahasa asing pula bukan bahasa kita. bahkan kalo disana tidak 100% bahasa inggris juga jadi bingung, mana mata kuliah beda. dan akhirnya Papa pernah mendapat nilai 0. Tapi Subhanallahnya yang aku salut sama papa, beliau tidak pernah menyerah. Akhirnya, papa berusaha terus dan di ujiannya dosen disana berkat kepada mahasiswanya yang orang philipina, ia malu dan istilahnya agak kecewa karena nilai ujian tertinggi mata kuliah itu berasal dari orang luar yaitu Papa. Yeee... selamat papa..:) dan itulah cerita papa yang selalu membuat aku tersenyum saat tidak bisa atau kesulitan di salah satu pelajaran. terutama bahasa Arab. ck..ck..ck.. mana pelajaran wajib lagi... Oh My God. Gak ada yang Gak mungkin kalo kita mau berusaha. Cuma akunya aja yang malas berusaha. :)
Kembali ke topik awal tentang sekolah di luar jambi tadi. Sebenarnya aku juga ingin, bahkan Mama dan Papa pun telah merancangnya, kalau pun aku kesana setidaknya aku bisa bersama kakak yang aku sayangi. bisa ketemu abang dan Syadza imut juga. Tapi ntahla aku masih khawatir, keduanya seperti kedua kutub magnet yang saling kuat menarik. dan ketika tiba waktunya, mungkin aku aku harus mengikhlaskan salah satunya. Disatu sisi aku gak tega bila harus meninggalkan mereka berdua disini walaupun ada orang yang menemani. itu yang kau lebih khawatir, aku gak mau sayang mereka terbagi ke yang lain. Gak papa deh dimarahin, yang penting sayang Papa dan Mama tidak beralih ke yang lain. Rasanya sulit saja bila harus melihat Mama dan Papa di urus sama oranglain. Walau aku juga tidak begitu rajin, tapi setidaknya sekali-kali suara bisingku bisa mengatakan pada mereka bahwa anak mereka ada disini dan mengobati rindu mereka pada yang lain. Tapi, ke urgenanku memang berada disana, Syadza kecil butuh teman ditengah hiruk pikuk kesibukan yang hingar bingar. Hmmm ntahla.. aku hanya mengikut saja, bila suruh pergi ya mau di apakan. untuk semua yang telah kuraih, untuk sahabat dan cinta yang telah ku capai, sangat sulit rasanya untuk pergi, walau aku bukan siapa-siapa untuk mereka, tapi mereka adalah Puzzle-puzzle yang telah melukis sejuta warna pelangi di hidupku. Kalian sungguh berarti bahkan sangat. Dan kakak yang selalu mengukir senyum dan menahan badai didalam hari-hariku, sungguh aku sangat ingin bersamamu dan selalu ingin yang terbaik untukmu.:)
Yang pasti dimanapun aku berada nanti, semoga "Haza Min Fadli Rabbi" ini yang terbaik untukku dan kita semua. Allah tidak akan menganti sesuatu kecuali memberi ganti dengan yang lebih baik. Amin
Bila kita tidak berjumpa di dunia, Semoga kita bertemu di Syurga-Nya. Amin Ya Rabbal'alamin.
Salam Cinta Penuh Berkah. Seperti tetes embun di dedaunan mohon maaf lahir dan batin. ifadah

Rabu, 09 November 2011

Menulis itu

Entah kenapa berbeda rasanya ketika bergabung, menyelam dan bersama di samudra yang bernama FLP. aku merasa ada seperti ikatan emosi sendiri setelah mengenal dan berinteraksi dengan mereka. Walau interaksi hanya dengan sekedar membaca, mengomentari dan berkumpul yang intinya nanti pasti ketulisan. Namanya juga penulis.hehe
Tapi entah kenapa rasanya jauh berbeda ketika berinteraksi langsung dengan orangnya dan dengan tulisan-tulisan. Rasanya lebih jujur dan lebih terbuka ketika membaca tulisan-tulisan itu. Walaupun tidak ada 100% tulisan itu yang benar-benar nyata.
Dan memang benar kata orang. eh, kata orang atau kata kang-Abik waktu Munas 2 ya? tapi pokoknya gini katanya. "Menulis itu mengikhlaskan sebagian emosi kita untuk diketahui orang".
Siapa bilang menulis itu gampang? kalau untuk mengisi waktu luang mungkin bisa dibilang gampang. tapi bagi orang yang sudah punya pekerjaan dan menyisakan waktu luang untuk istirahatnya pastikan kewalahan bila disuruh untuk menulis. Bagi seorang yang sedang senang dan hobi ngobrol dan jalan-jalan akan sulit berkonsentrasi untuk menyusun kata-kata menjadi paragrap.
Menulis itu adalah usaha. Usaha dan tekat untuk tujuan yang kuat.
Kalau hanya untuk mencari uang sepertinya akan lebih banyak pekerjaan lain yang menjanjikan. Kalau untuk agar terkenal terlalu kecil berangan-angan untuk sampai kesana.
Menulis itu adalah suatu proses. Proses yang bukan hanya sekedar menyalin dan mengutip dari berbagai buku. Tetapi proses dari yang tidak tahu menjadi tahu, proses penyadaran dari hati ke hati yang kemudian membuat suatu perubahan yang berarti.
Maka, menulis itu adalah usaha, usaha yang melibatkan hati, pikiran dan juga keadaan.
Hingga terkadang, agak sulit menjelaskan bagaimana ikatan yang kuat itu terakit di hati kami, penghuni rumah FLP Jambi. :)