BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Jumat, 26 September 2014

Melihat Sejarah Tanjung Priok 84

Baru setengah, gak kuat ngebacanya. Ternyata dulu kita pernah begini. Nastagrfirullah... T_T

[KRONOLOGI KOMPLIT] Tragedi Tanjung Priok 1984: Pembantaian Kaum Muslimin Oleh ABRI

digging suharto history for the truth header

Tragedi Tanjung Priok 1984: Pembantaian Kaum Muslimin Oleh ABRI

Peristiwa tragedi kemanusiaan di Tanjung Priok pada pertengahan tahun 1984, merupakan salah satu dari sekian banyak rentetan jejak dan fakta kelamnya masa pemerintahan Suharto. Satu masa rezim militer yang berlumuran darah dari awal masa kekuasaannya sampai akhir masa kediktatorannya.
Kemiliteran dibentuk untuk menopang kekuasannya dan selalu siap menjalankan perannya sebagai kekuatan negara untuk menghadapi rongrongan ideologi apapun, termasuk ideologi agama yang diakui di Indonesia.
Kekuasaan penuh yang dimilki militer saat itu meluas mencakup penghancuran setiap bentuk gerakan oposisi politik. Fungsi kekuasaan militer untuk melakukan tindakan pemeliharaan keamanan dan kestabilan negara dianggap sebagai suatu bentuk legitimasi untuk dapat melakukan berbagai macam bentuk tindakan provokatif tersistematif dan represif. Mereka menggunakan dalih pembenaran sepihak yaitu sebagai tindakan pengamanan terhadap kekuasaan, meskipun dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran HAM paling berat sekalipun.
Peristiwa berdarah Tanjung Priok 1984, adalah satu peristiwa yang sudah disiapkan sebelumnya dengan matang oleh intel-intel militer. Militerlah yang menskenario dan merekayasa kasus pembataian Tanjung Priok.
Ini adalah bagian dari operasi militer yang bertujuan untuk mengkatagorikan kegiatan-kegiatan keislaman sebagai suatu tindak kejahatan, dan para pelaku dijadikan sasaran korban.
Terpilihnya Tanjung sebagai tempat sebagai “The Killing Feld” juga bukan tanpa survey dan analisa yang matang dari intelejen. Kondisi sosial ekonomi Tanjung Priok yang menjadi dasar pertimbangan. Tanjung Priok adalah salah satu wilayah basis Islam yang kuat, denga kondisi pemukiman yang padat dan kumuh.
Tragedi Tg Priok 1984 04Musholla As-Sa'adah tragedi-tg-priok-1984Mayoritas penduduknya tinggal dirumah-rumah sederhana yang terbuat dari barang bekas pakai dan kebanyakan penduduknya bekerja sebagai buruh galangan kapal, dan buruh serabutan.
Dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah ditambah dengan pendidikan yang minim seperti itu, menjadikan Tanjung Priok sebagai wilayah yang mudah sekali terpengaruh dengan gejolak dari luar, sehingga mudah sekali tersulut berbagai isu.
Suasana panas di Tanjung Priok sudah dirasakan sebulan sebelum peristiwa itu terjadi.
Upaya -upaya provokatif memancing massa telah banyak dilakukan. Diantaranya, pembangunan gedung Bioskup Tugu yang sering memutar film maksiat yang berdiri persis berseberangan degan masjid Al-Hidayah.
Tokoh-tokoh Islam menduga keras bahwa suasana panas itu memang sengaja direkayasa oleh orang-orang tertentu di pemerintahan yang memusuhi Islam. Suasana rekayasa ini terutama sekali dirasakan oleh ulama-ulama di luar Tanjung Priok.
Sebab, di kawasan lain kota di Jakarta terjadi sensor yang ketat terhadap para mubaligh, kenapa di Tanjung Priok sebagai basis Islam para mubalighnya bebas sekali untuk berbicara, bahkan mengkritik pemerintah dan menentang azas tunggal Pancasila. Tokoh senior seperti M Natsir dan Syarifudin Prawiranegara sebenarnya telah melarang ulama untuk datang ke Tanjung Priok agar tidak masuk perangkap, namun seruan itu rupanya tidak terdengar oleh ulama-ulama Tanjung Priok.
Awal Mula Peristiwa, kejadian berdarah Tanjung Priok dipicu oleh tindakan provokatif tentara
Pada pertengahan tahun 1984, beredar isu tentang RUU organisasi sosial yang mengharuskan penerimaan azas tunggal. Hal ini menimbulkan implikasi yang luas. Diantara pengunjung masjid di daerah ini, terdapat seorang mubaligh yang terkenal, menyampaikan ceramah pada jama’ahnya dengan menjadikan isu ini sebagi topik pembicarannya, sebab Rancangan Undang-Undang tsb sudah lama menjadi masalah yang kontroversial.
Musholla As-Sa'adah Tg PriokPada tanggal 7 September 1984, seorang Babinsa beragama Katholik sersan satu Harmanu datang ke musholla kecil yang bernama “Musholla As-sa’adah” dan memerintahkan untuk mencabut pamflet yang berisi tulisan problema yang dihadapi kaum muslimin pada masa itu, dan disertai pengumuman tentang kegiatan pengajian yang akan datang.
Tak heran jika kemudian orang-orang yang disitu marah melihat tingkah laku Babinsa itu. pada hari berikutnya Babinsa itu datang lagi beserta rekannya, untuk mengecek apakah perintahnya sudah dijalankan apa belum. Setelah kedatangan kedua itulah muncul isu yang menyatakan, kalau militer telah menghina kehormatan tempat suci karena masuk mushola tanpa menyopot sepatu, dan menyirami pamflet-pamflet di musholla dengan air comberan.
Kronologi Pembantaian
Kronologi Pembantaian Kaum Muslimin Oleh Bala Tentara pada Tragedi Tanjung Priok Berdarah 1984 oleh Saksi Mata Ust. Abdul Qadir Djaelani, salah seorang ulama yang dituduh oleh aparat keamanan sebagai salah seorang dalang peristiwa Tanjung Priok.
Karenanya, ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Sebagai seorang ulama dan tokoh masyarakat Tanjung Priok, sedikit banyak ia mengetahui kronologi peristiwa Tanjung Priok.
Berikut adalah petikan kesaksian Abdul Qadir Djaelani terhadap peristiwa Tanjung Priok 12 September 1984, yang tertulis dalam eksepsi pembelaannya berjudul “Musuh-musuh Islam Melakukan Ofensif terhadap Umat Islam Indonesia”.
Sabtu, 8 September 1984
Dua orang petugas Koramil (Babinsa) tanpa membuka sepatu, memasuki Mushala as-Sa’adah di gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka menyiram pengumuman yang tertempel di tembok mushala dengan air got (comberan). Pengumuman tadi hanya berupa undangan pengajian remaja Islam (masjid) di Jalan Sindang.
Ahad, 9 September 1984
Peristiwa hari Sabtu (8 September 1984) di Mushala as-Sa’adah menjadi pembicaran masyarakat tanpa ada usaha dari pihak yang berwajib untuk menawarkan penyelesaan kepada jamaah kaum muslimin.
Senin, 10 September 1984
Beberapa anggota jamaah Mushala as-Sa’adah berpapasan dengan salah seorang petugas Koramil yang mengotori mushala mereka. Terjadilah pertengkaran mulut yang akhirnya dilerai oleh dua orang dari jamaah Masjid Baitul Makmur yang kebetulan lewat yaitu  Syarifuddin  Rmbe dan Sofyan Sulaiman dua orang takmir masjid “Baitul Makmur” yang berdekatan dengan Musholla As-sa’adah, berusaha menenangkan suasana dengan mengajak ke dua tentara itu masuk ke dalam sekretarit takmir mesjid untuk membicarakan masalah yang sedang hangat.
Ketika mereka sedang berbicara di depan kantor, massa diluar sudah terkumpul. Kedua pengurus takmir masjid itu menyarankan kepada kedua tentara tadi supaya persoalaan disudahi dan dianggap selesai saja. Tapi mereka menolak saran tersebut. Massa diluar sudah mulai kehilangan kesabarannya.
Sementara usaha penegahan sedang berlangsung, orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak ada urusannya dengan permasalahan itu tiba-tiba saja menarik salah satu sepeda motor milik prajurit yang ternyata seorang marinir dan membakarnya. Saat itu juga Syarifuddin Rambe dan Sofyan Sulaiman beserta dua orang lainnya ditangkap aparat keamanan.
Turut ditangkap juga Ahmad Sahi, Pengurus Musholla As-sa’adah dan satu orang lagi yang saat itu berada di tempat kejadian, selanjutnya Mohammad Nur yang membakar motor ditangkap juga. Akibat penahanan empat orang tadi kemarahan massa menjadi tak terbendung lagi, yang kemudian memunculkan tuntutan pembebasan ke empat orang yang ditangkap tadi.
Kodim, yang diminta bantuan oleh Koramil, mengirim sejumlah tentara dan segera melakukan penangkapan. Ikut tertangkap 4 orang jamaah, di antaranya termasuk Ketua Mushala as-Sa’adah tersebut.
Selasa, 11 September 1984
Pada tanggal 11 September 1984, Massa yang masih memendam kemarahannya itu datang ke salah satu tokoh didaerah itu yang bernama Amir Biki, karena tokoh ini dikenal dekat dengan para perwira di Jakarta. Maksudnya agar ia mau turun tangan membantu membebaskan para tahanan. Sudah sering kali Amir Biki menyelesaikan persoalan yang timbul dengan pihak militer.
Amir Biki menghubungi pihak-pihak yang berwajib untuk meminta pembebasan empat orang jamaah yang ditahan oleh Kodim, yang diyakininya tidak bersalah. Peran Amir Biki ini tidak perlu mengherankan, karena sebagai salah seorang pimpinan Posko 66, dialah orang yang dipercaya semua pihak yang bersangkutan untuk menjadi penengah jika ada masalah antara penguasa (militer) dan masyarakat. Usaha Amir Biki untuk meminta keadilan ternyata tidak berhasil dan sia-sia.
Rabu, 12 September 1984
Dalam suasana tantangan yang demikian, acara pengajian remaja Islam di Jalan Sindang Raya, yang sudah direncanakan jauh sebelum ada peristiwa Mushala as-Sa’adah, terus berlangsung juga. Penceramahnya tidak termasuk Amir Biki, yang memang bukan mubalig dan memang tidak pernah mau naik mimbar.
Akan tetapi, dengan latar belakang rangkaian kejadian di hari-hari sebelumnya, jemaah pengajian mendesaknya untuk naik mimbar dan memberi petunjuk. Pada kesempatan pidato itu, Amir Biki berkata antara lain,
“Mari kita buktikan solidaritas islamiyah. Kita meminta teman kita yang ditahan di Kodim. Mereka tidak bersalah. Kita protes pekerjaan oknum-oknum ABRI yang tidak bertanggung jawab itu. Kita berhak membela kebenaran meskipun kita menanggung risiko. Kalau mereka tidak dibebaskan maka kita harus memprotesnya.”
Dihadapan massa, Amir biki berbicara dengan keras, yang isinya mengultimatum agar membebaskan para tahanan paling lambat pukul 23.00 Wib malam itu juga. Bila tidak, mereka akan mengerahkan massa untuk melakukan demonstrasi.
Selanjutnya, Amir Biki berkata, “Kita tidak boleh merusak apa pun! Kalau ada yang merusak di tengah-tengah perjalanan, berarti itu bukan golongan kita (yang dimaksud bukan dari jamaah kita).”
Saat ceramah usai, berkumpulah sekitar 1500 orang demonstran yang bergerak menuju kantor Polsek dan Kormil setempat. Pada waktu berangkat jamaah pengajian dibagi dua: sebagian menuju Polres dan sebagian menuju Kodim.
Musholla As-Sa'adah Tg Priok (circa 2000)
Musholla As-Sa’adah Tg Priok (circa 2010)
Kelompok Yang Menuju Polres
Setelah sampai di depan Polres, kira-kia 200 meter jaraknya, di situ sudah dihadang oleh pasukan ABRI berpakaian perang dalam posisi pagar betis dengan senjata otomatis di tangan. Massa demonstran berhadapan langsung dengan pasukan tentara yang siap tempur.
Pada saat pasukan mulai memblokir jalan protokol, mendadak para demonstran sudah dikepung dari segala penjuru. Saat itu massa tidaklah beringas, sebagian besar mereka hanya duduk-duduk sambil mengumandankan takbir.
Sesampainya jamaah pengajian ke tempat itu, terdengar militer itu berteriak, “Mundur-mundur!” Teriakan “mundur-mundur” itu disambut oleh jamaah dengan pekik, “Allahu Akbar! Allahu Akbar!”
Saat itu militer mundur dua langkah, tanpa peringatan lebih dahulu terdengarlah suara tembakan, lalu diikuti oleh pasukan yang langsung mengarahkan moncong senjatanya ke arah demonstran, lalu memuntahkan senjata-senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang berada di hadapan mereka, selama kurang lebih tiga puluh menit!
Jamaah pengajian lalu bergelimpangan sambil menjerit histeris, tersungkur berlumuran darah. Beratus-ratus umat Islam jatuh menjadi syuhada! Disaat para demonstran yang terluka berusaha bangkit untuk menyelamatkan diri, pada saat yang sama juga mereka diberondong senjata lagi.
Malahan ada anggota militer yang berteriak, “Bangsat! Pelurunya habis. Anjing-anjing ini masih banyak!” Lebih sadis lagi, mereka yang belum mati ditendang-tendang dan kalau masih bergerak maka ditembak lagi sampai mati.
Tak lama berselang datang konvoi truk militer dari arah pelabuhan menerjang dan menelindas demostran yang sedang bertiarap di jalan. Dia buah mobil truk besar beroda sepuluh buah dalam kecepatan tinggi yang penuh dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar itu dimuntahkan peluru-peluru dan senjata-senjata otomatis ke sasaran para jamaah yang sedang bertiarap dan bersembunyi di pinggir-pinggir jalan.
Lebih mengerikan lagi, truk besar tadi berjalan di atas jamaah pengajian yang sedang tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah tertembak atau yang belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang dilalui oleh mobil truk tersebut.
Jeritan dan bunyi tulang yang patah dan remuk digilas mobil truk besar terdengar jelas oleh para jamaah umat Islam yang tiarap di got-got/selokan-selokan di sisi jalan.
Dari atas truk tentara dengan membabi buta masih menembaki para demonstran. Dalam sekejap jalanan dipenuhi oleh jasad-jasad manusia yang telah mati bersimbah darah. Sedang beberapa korban yang terluka tidak begitu parah berusaha lari menyelamatkan diri berlindung ke tempat-tempat disekitar kejadian.
Tragedi Tg Priok 1984 02Setelah itu, truk-truk besar itu berhenti dan turunlah militer-militer itu untuk mengambil mayat-mayat yang bergelimpangan dan melemparkannya ke dalam truk bagaikan melempar karung goni.
Dua buah mobil truk besar itu penuh oleh mayat-mayat atau orang-orang yang terkena tembakan yang tersusun bagaikan karung goni. Sembari para tentara mengusung korban-korban yang mati dan terluka ke dalam truk militer, masih saja terdengar suara tembakan tanpa henti.
Semua korban dibawa ke rumah sakit tentara di Jakarta, sementara rumah sakit-rumah sakit yang lain dilarang keras menerima korban penembakan Tanjung Priok.
Sesudah mobil truk besar yang penuh dengan mayat jamaah pengajian itu pergi, tidak lama kemudian datanglah mobil-mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran yang bertugas menyiram dan membersihkan darah-darah di jalan raya dan di sisinya, sampai bersih.
Kelompok Yang Menuju Kodim
Sementara itu, rombongan jamaah pengajian yang menuju Kodim dipimpin langsung oleh Amir Biki. Kira-kira jarak 15 meter dari kantor Kodim, jamaah pengajian dihadang oleh militer untuk tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya Amir Biki.
Begitu jaraknya kira-kira 7 meter dari kantor Kodim, 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu diberondong dengan peluru yang keluar dari senjata otomatis militer yang menghadangnya. Ketiga orang pimpinan jamaah itu jatuh tersungkur menggelepar-gelepar.
Melihat kejadian itu, jamaah pengajian yang menunggu di belakang sambil duduk, menjadi panik dan mereka berdiri mau melarikan diri, tetapi disambut oleh tembakan peluru otomatis. Puluhan orang jamaah pengajian jatuh tersungkur menjadi syahid.
Tragedi Tg Priok 1984
Penghuni toko onderdil mobil yang menjadi korban di Jalan Jampea, Tanjung Priok setelah kerusuhan Tanjung Priok, Jakarta, 1984. [ TEMPO/Ilham Sunharjo; 35B/115/84; 20000621]
Saksimata
Menurut ingatan salahsatu saksi yang belum tewas bernama Yusron, di saat ia dan mayat-mayat itu dilemparkan ke dalam truk militer yang beroda 10 itu, kira-kira 30-40 mayat berada di dalamnya, yang lalu dibawa menuju Rumah Sakit Gatot Subroto (dahulu RSPAD).
Sesampainya di rumah sakit, mayat-mayat itu langsung dibawa ke kamar mayat, termasuk di dalamnya saudara Yusron. Dalam keadaan bertumpuk-tumpuk dengan mayat-mayat itu di kamar mayat, saudara Yusron berteriak-teriak minta tolong. Petugas rumah sakit datang dan mengangkat saudara Yusron untuk dipindahkan ke tempat lain.
Sebenarnya peristiwa pembantaian jamaah pengajian di Tanjung Priok tidak terjadi apabila PanglimaABRI/Panglima Kopkamtib Jenderal LB Moerdani benar-benar mau berusaha untuk mencegahnya, apalagi pihak Kopkamtib yang selama ini sering sesumbar kepada media massa bahwa pihaknya mampu mendeteksi suatu kejadian sedini dan seawal mungkin.
Hal ini terjadi karena pada tanggal 11 September 1984, sewaktu saya diperiksa oleh Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, saya sempat berbincang-bincang dengan Kolonel Polisi Ritonga, Kepala Intel Kepolisian tersebut di mana ia menyatakan bahwa jamaah pengajian di Tanjung Priok menuntut pembebasan 4 orang rekannya yang ditahan, disebabkan membakar motor petugas.
Bahkan, menurut petugas-petugas satgas Intel Jaya, di saat saya ditangkap tanggal 13 September 1984, menyatakan bahwa pada tanggal 12 September 1984, kira-kira pukul 10.00 pagi. Amir Biki sempat datang ke kantor Satgas Intel Jaya.
Pemerintah menyembunyikan fakta jumlah korban dalam tragedi berdarah itu. Lewat panglima ABRI saat itu LB. Murdhani menyatakan bahwa jumlah yang tewas sebanyak 18 orang dan yang luka-luka 53 orang. Tapi data dari Sontak (SOlidaritas Untuk peristiwa Tanjung Priok) jumlah korban yang tewas mencapai 400 orang. Belum lagi penderitaan korban yang ditangkap militer mengalami berbagai macam penyiksaan. Dan Amir Biki sendiri adalah salah satu korban yang tewas diberondong peluru tentara. (Abdul Qadir Djaelani).
Tragedi Tanjung Priok 1984 Versi Pemerintah
Tragedi Tg Priok 1984 01Pemerintahan Soeharto banyak diwarnai peristiwa-peristiwa yang memakan korban jiwa, terutama mengarah terhadap umat Islam. Ini tentu tidak lepas dari “pesan” dan intervensi asing tentang apa yang disebut “politik menekan Islam”.
Kasus Tanjung Priok ini menjadi hal yang menarik. Karena tidak ada pernyataan tentang cita-cita Negara Islam yang disampaikan dalam ceramah-ceramah di Tanjung Priok. Yang disampaikan oleh para mubaligh di sana hanyalah ceramah-ceramah tajam dengan satu dua kata menyentil kebijakan penguasa.
Mereka mengecam kebijakan pemerintah yang dirasa menyudutkan umat Islam. Diantaranya adalah larangan memakai jilbab dan penerapan asas tunggal Pancasila, serta masalah kesenjangan sosial antara pribumi dengan non-pribumi.
Dalam bukunya Tanjung Priok Berdarah: Tanggung Jawab Siapa? Kumpulan Data dan Fakta (PSPI, 1998 : 26) dijelaskan bahwa proses terjadinya tragedi Priok pada hari Senin, 10 September 1984 ketika seorang petugas yang sedang menjalankan tugasnya di daerah Koja, dihadang dan kemudian dikeroyok oleh sekelompok orang.
Petugas keamanan berhasil menyelamatkan diri, tetapi sepeda motornya dibakar oleh para penghadang. Aparat keamanan pun menangkap empat orang pelakunya untuk keperluan pengusutan dan penuntutan sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Untuk mengetahui nasib keempat orang yang ditahan, masyarakat sepakat bergerak ke kantor Kodim. Tetapi permintaan mereka ditolak.
Tragedi Tg Priok 1984 07Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 12 September 1984. Pada saat itu, di Masjid Rawabadak berlangsung ceramah agama tanpa izin dan bersifat menghasut. Penceramahnya antara lain Amir Biki, Syarifin Maloko, M. Nasir, tidak pernah diketahui keberadaannya setelah peristiwa malam itu. Kemudian, aparat keamanan menerima telepon dari Amir Biki yang berisi ancaman pembunuhan dan perusakan apabila keempat tahanan tidak dibebaskan.
Setelah itu, sekitar 1500 orang menuju Polres dan Kodim. Hal ini senada dengan apa yang dijelaskan dalam buku Perjalanan Sang Jenderal Besar Soeharto 1921-2008 (Santosa, 2008:170) yang menjelaskan bahwa Amir Biki yang memimpin massa menuju Kodim untuk menuntut pembebasan mereka yang ditahan.
Ia juga berpesan agar selama perjalanan, massa jangan membuat anarkis. Tapi kegiatan ini tidak diikuti oleh para mubaligh karena mereka sudah diingatkan agar tidak keluar dari pusat pengajian.
Sampai di depan Polres Jakarta Utara massa dihadang aparat bersenjata. Jarak antara massa dengan aparat sangat dekat, kira-kira lima meter. Tidak ada dialog antara Amir Biki dengan aparat. Lima belas orang petugas keamanan menghambat kerumunan atau gerakan massa tersebut.
Regu keamanan berusaha membubarkan massa dengan secara persuasif, namun dijawab dengan teriakan-teriakan yang membangkitkan emosi dan keberingasan massa. Massa terus maju mendesak satuan keamanan sambil mengayun-ayunkan dan mengacung-acungkan celurit.
Tragedi Tg Priok 1984 05Tak berapa lama ada komando untuk mundur. Pasukan terlihat mundur kira-kira 10 meter. Lalu ada komando “tembak”. Dalam jarak yang sudah membahayakan, regu keamanan mulai memberikan tembakan peringatan dan tidak dihiraukan. Tembakan diarahkan ke tanah dan kaki penyerang, korban pun tidak dapat dihindari.
Setelah datang pasukan keamanan lainnya, barulah massa mundur, tetapi mereka membakar mobil, merusak beberapa rumah, dan apotek.
Sekitar tiga puluh menit kemudian gerombolan menyerang kembali petugas keamanan, sehingga petugas keamanan dalam kondisi kritis dan terpaksa melakukan penembakan-penembakan untuk mencegah usaha perusuh merebut senjata dan serangan-serangan dengan celurit dan senjata tajam lainnya. Terjadilah tragedi pembantaian itu.
Aparat yang bersenjata itu menghujani tembakan terhadap ribuan massa dengan leluasa. Teriakan minta tolong tidak dihiraukan. Mereka yang berada di barisan depan bertumbangan bersimbah darah. Yang masih selamat melarikan diri. Ada juga yang tiarap, menghindari sasaran-sasaran peluru. Beberapa truk datang untuk mengangkut tubuh-tubuh korban dan menguburkannya di suatu tempat.
Proses Hukum
Tragedi Tg Priok 1984 08
Tri Sutrisno (kiri) dan LB Moerdani (kedua dari kiri).
Hingga hari ini tak ada keadilan yang diberikan bagi korban yang dulunya ditembaki, ditangkap semena-mena, ditahan secara sewenang-wenang, disiksa, dihilangkan, distigma dan harta bendanya dirampas serta hak atas pekerjaan dan pendidikannya dirampas.
Masih terang diingatan korban, bagaimana pada tahun 2006 Mahkamah Agung memperagakan parade pembebasan hukum (Impunitas secara De Jure) terhadap sejumlah nama yang seharusnya bertanggung jawab; Sriyanto, Pranowo, Sutrisno Mascung dan RA. Butar-Butar.
Kegagalan Peradilan HAM untuk menghukum sesungguhnya telah tergambar dari buruknya kinerja Penuntut Umum.
Selain menghapus nama (Alm.) LB Moerdani dan Try Sutrisno dalam proses penyidikan, Kejaksaan Agung justru membuktikan kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime) pada kasus Tanjung Priok dengan sistem pidana umum (Ordinary Crime) yang berbasis pada KUHAP.
Kegagalan lain diakibatkan oleh persoalan politik bahwa tidak adanya jaminan dari otoritas negara dalam mendukung administratif atas kerja Pengadilan HAM atas kasus Tanjung Priok. Selain itu Pemerintah tidak menyiapkan sistem perlindungan saksi yang memadai. Sementara, di pengadilan, Hakim membiarkan upaya sogok-menyogok terjadi antara pelaku dengan sejumlah saksi untuk mencabut kesaksian.
Try Sutrisno LB Moerdani
Try Sutrisno (kiri) dan LB Moerdani (kanan)
Pengadilan HAM bukan hanya gagal memberikan kepastian hukum berupa penghukuman terhadap para pelaku dalam kasus Tanjung Priok, Pengadilan Juga gagal memberikan kebenaran yang sejati atas kasus Tanjung Priok serta gagal menjamin kepastian reparasi (Perbaikan) atas penderitaan dan kerugian para korban Kasus Tanjung Priok 1984.
Banyak diantara para korban yang masih mempertanyakan keberadaan keluarganya yang masih hilang. Banyak diantara para korban yang sampai hari ini harus menanggung biaya pengobatan akibat atau efek dari kekerasan yang dialami pada 12 September 1984 atau kekerasan-kekerasan berikutnya.
Tragedi Tg Priok 1984 06Banyak diantara para korban yang harus kehilangan tempat usaha atau pekerjaannya akibat dirampas atau distigmatisasi sehingga tidak bisa mendapatkan pekerjaan.
Demikian pula para korban yang masih anak-anak, tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Atau anak-anak korban yang kehilangan ayah atau kakaknya yang diharapkan menjadi penopang ekonomi.
Usaha pun tetap dilakukan oleh para korban lewat Pengadilan Negeri pada 28 Februari 2007 menuntut Pemerintah mengeluarkan dana kompensasi bagi korban. Namun, lagi-lagi, Hakim tunggal Martini Marjan menolak mentah-mentah permohonan Penetapan Kompensasi para korban dengan alasan tidak ada pelanggaran berat HAM dalam kasus Tanjung Priok 1984.
Jelas bahwa Hakim tunggal Martini Marjan Menegasikan fakta, penderitaan dan kerugian yang telah dihadirkan dalam persidangan Penetapan di PN Jakarta Pusat.
Sampai saat ini Mahkamah Agung belum memutuskan kasasi yang telah diajukan sejak 5 Maret 2007.
Dewi Wardah isteri Amir Biki
Dewi Wardah isteri Amir Biki, setia untuk tetap memperjuangkan keadilan terhadap kasus terbunuhnya sang suami, Amir Biki.
Pada tahun 1984 itu, jelas korban telah dikorbankan oleh kebijakan anti kritik Soeharto dan brutalitas aparat keamanan. Pada era transisi politik, setelah belas… bahkan puluhan tahun upaya koreksi pun tetap didominasi oleh pelaku. Tidak ada yang dihukum, tidak ada perbaikan kondisi korban bahkan tidak diakui adanya pelanggaran berat HAM.
Masyarakat terus dikorbankan dari perilaku kekerasan, menjadi korban sistem peradilan yang tidak adil dan jujur. Transisi politik tidak digunakan untuk mengambil pelajaran dari kegagalan dimasa lalu, sebagaimana yang terjadi pada kasus Tanjung Priok.
Akan tetapi keluarga korban tidak pernah lupa dan akan tetap menuntut pertanggung jawaban pemerintah atas keadilan, kebenaran, maupun reparasi.
Sumber dan Referensi:
Tragedi Tg Priok 1984 03
Artikel Lainnya:
*****
((( IndoCropCircles.wordpress.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial ))

Menyerang Pintu Langit

Aku ingin berbicara tentang semangat.
Ternyata semangat terbangun dari sebuah harapan dan cinta.
Bila harapan sudah tak ada, maka apalagi yang akan membuat kita bermakna.

Kata seseorang yang aku tak ingat siapa, kira-kira begini.
Seseorang bisa hidup 7 hari tanpa makan
seseorang bisa hidup 3 hari tanpa minum
dan seseorang hanya bisa hidup sehari tanpa harapan.
Tragis...
ternyata mudah ya membunuh seseorang, cukup hilangkan harapan dan cintanya.

Tapi ternyata tak mudah membunuh harapan. Bagi orang yang beriman, harapannya tergantung di lembaran-lembaran Ilahi. Mungkin sedih dan luka akan tetap ada. Tapi proses tawakal dan do'alah yang menjadi amunisi penembus pintu-pintu langit. Mari serang pintu langit dengan do'a-do'a kita. Karena hanya itu senjata yang kita punya. Allahu'alam. 


Cantik itu...

Seseorang yang cantik ialah ia yang bekerja dengan tulus dan ikhlas maka aura kebaikan dan senyuman akan selalu terpancar dalam dirinya. Semoga kita selalu bisa menikmati dan mensyukuri apa-apa yang Allah berikan kepada kita. Aamiin..
*Sehabis melihat senyum seorang pegawai pertamina. so sweet... :) T_T

Tips memilih rumah Idaman

Aku punya feeling. (Gaya mu nak-nak). Tahun depan atau mungkin saat ini udah banyak yang cari rumah untuk pasangan baru. Ehm...
yuk ikuti beberapa Tips mencari rumah agar tidak terlalu repot nanti saat kita menempati rumah idaman. Ala Miss Ifadah. (hehe, ganti profesi lagi dia).

Yang pertama dan paling utama, Lihat Air nya. Karena air sangat penting bagi kehidupan. Untuk minum, masak, cuci, thaharah, dan lain-lain. tanpa air maka semuanya akan suram...( horor). Selain itu lihat juga, airnya bersih atau kotor. Air yang kotor banyak menimbulkan penyakit.
Eit... aku mau tanya satu hal, menurutmu bersihan mana air pam/sumur/ledeng yang dimasak sendiri dengan air galon 3 ribu/4 ribu?
Kalau diriku sih lebih suka air yang dimasak sendiri, jelas-jelas udah tau proses masaknya, hanya saja bila airnya bau, berwarna atau ada unsur besi lebih enak memakai air galon. Tapi, harapannya jangan galon yang 3 atau 4 ribu. Maaf, aku agak sedikit meragukan kehidupannya. hehe.

Lanjut, yang kedua. Setelah kita membahas tentang air selanjutnya bahas saluran pembuangan airnya. Bila airnya sudah banyak, lalu akan mengalir kemanakah bekas cucian kita? jangan sampai air menjadi tergenang dan menimbulkan penyakit. ok. catet.

Lalu yang selanjutnya, Listrik. Ini hal yang gak kalah penting, setidaknya kita sudah berada di tahun 20I4 guys, listrik sepertinya bukan hal yang tabu setidaknya bagi kita yang tinggal di kota. Bila didaerah, tak apalah sembari berdoa dan berdemo kepada pemerintah. hehehe. Hasut.

Keempat, Lingkungan. Sedikit-sedikit bolehlah kita melirik aktivitas atau keadaan tetangga yang akan kita tempati. Setidaknya tetangga yang baik akan berpengaruh dengan kehidupan kita kedepan.

Kelima, Cari lokasi yang ketika hujan bukan langganan genangan air (Banjir) dan ketika kering, tidak terlalu kekeringan.

Keenam, yang gak kalah penting juga ini. Tempat pembuangan sampah. Jangan sampai karena tempat pembuangan sampahnya jauh, hingga kita manumpuk sampah dirumah. Ihhh... Sarang penyakit Guys.. Ada belatung, ada lalat, bau menyengat.. Menghindarlah...

Ketujuh, Dekat dengan masjid. Setidaknya biar suami gak malas gitu ke Masjid. yang dekat aja malas apalagi jauh. Ckckck.... :)

Selanjutnya cari yang ada toko sembako terdekat atau tukang jual sayur keliling biar tak susah-susah belanja kepasar.

Lalu transportasi, ini yang tak kalah penting. Kalau para umahat tidak bisa mengendarai kendaraan minimal tidak terganggu aktifitas keluar karena gara-gara hal satu ini.

Yang terakhir untuk dekorasi rumah, minimal harus mempunyai fentilasi atau saluran udara yang baik. Agar pencahayaan dan udara di dalam rumah tidak pengap dan lembab.

Wallahu'alam itulah sepersekian dari sekian yang setidaknya bisa kita pertimbangkan untuk membuat atau mencari tempat tinggal.
Semoga Kasihsayang, Rahmat dan Cinta Allah selalu bersama kita. Aamiin...
Barakallahu lakuma wa baraka 'alaikuma wa jama'a baina kuma fi khoir.  

Ada sebelum tiada. :)

Pagi Blogger..., Setidaknya kangen tidak bertemu kalian setelah beberapa minggu. Mari kita manfaatkan waktu, waktu lapang sebelum sempit, waktu sehat sebelum sakit, waktu muda sebelum tua, waktu hidup sebelum mati, waktu ada dan tiada, waktu gratis sebelum bayar. hehe. Internet gratis maksudnya sebelum bayar. :) dan waktu Jambi sebelum Jakarta.. Maksudnya??

Apa yang paling dirindukan bila kita tidak berada di daerah biasa kita tinggal?
Ortu...
Selain itu...
Keluarga...
Selain itu...
???
Makanan... Hiks...hiks... T_T  T_T
Top seribu persen untuk ini.
Makanan yang paling ngangenin saat jauh dari jambi.
Tekwan dan Es Tebu... Yes..
Mari puaskan makanan ini selama di Jambi. hihihi... Karena sulit rasanya menemukan di Jakarta. Walaupun ada paling mahal atau mungkin tidak alami lagi.
Es Tebu... Miss you... :) :) Ada yang mau??
Ciputat, Pasar Minggu, Condet, Mampang, Bandung, Bogor, Sukabumi, Malaysia...  Hehe go Internasional dia...
Saatnya mencari minuman masa lalu, ES DOGER... :) :) Senyum Banyak-banyak. :)

Mencari kebenaran

Ternyata bekata "Tidak" itu membutuhkan keberanian. Setidaknya tubuhku masih bergetar sebagai pengganti istilah keberanian yang mungkin dipaksakan saat berkata tidak. Bismillah saja semoga ini yang terbaik. Bukan bermaksud sombong, pelit atau angkuh. Tapi mungkin, apa yang sudah aku jalani dari kehidupan membuat otakku berkata santun. Maaf dan Tidak walau itu butuh keberanian. Prinsip mungkin atau sesuatu yang di yakini untuk saat ini. Maaf ya Pak, semoga kau mengerti. Bukankah Rasulpun melarang kita seperti itu?. Bahkan MUI juga telah mengharamkan aktivitas meminta-minta itu. Aku takut hatiku mati, semoga saja tidak. Rabbi, semoga Engkau menunjukkan jalan kebenaran kepadaku dan kepada mereka semua. Aaminn.

Rabu, 17 September 2014

Typus

Siapa yang pernah kena typus ngacung... hehe.
Bersyukur bagi yang belum dan berbahagia bagi yang sudah. Semoga tak kambuh lagi. :).
Kemarin habis jenguk teman yang dirawat karena typus. jadi ingat masa lalu. :)
Typus, kalau bahasaku adalah capek yang dipaksakan. Ibarat HP sudah lowbatt dan tulit tulit, (maksudnya berbunyi gitu) tapi masih dipaksa untuk hidup. Jadilah dengan izin Allah Typus menghampiri. Tapi sebelum itu tentu ada penyebab-penyebab lain yang menyebabkan penyakit ini bersarang. Bagi orang awan, terkadang mengatakan typus disebabkan karena virus dari tikus. Tapi enggak 100% hal ini benar. Kata dokter, typus disebabkan karena kecapean. Baiklah kita bahas sedikit typus dan obat-obatnya ala dokter Ifadah. hehe

Penyebab typus:
1. Kecapean
2. Makanan kurang bersih
3. Makan gak teratur

Gejala Typus:
1. Pegal-pegal
2. Demam naik turun
3. Telapak tangan dan kaki dingin
4. Pusing dan muntah-muntah
5. Lidah berwarna putih
6. Panas tapi dingin
7. Sakit perut

Pengobatan:
1. Jaga stamina minum madu, sari kurma dan habbatusauda
2. Obat cacing, Waluya atau lumbaricum, dll
3. Minum obat dari dokter dan habiskan antibiotik
4. Minum air yang banyak
5. Istirahat total
6. Tidak boleh kecapean lagi kalau tidak mau kambuh.

:) Terkadang kenapa orang yang sakit typus dirawat adalah karena ia lemas dan antisipasinya adalah dengan Sari Kurma dan habbat. Satu yang tidak bisa tinggal adalah antibiotik yang menyebabkan virusnya mati. yah begitulah semoga yang sakit segera diberikan kesembuhan, yang pernah sakit semoga semakin mengerti akan kesehatan, dan yang belum pernah sakit semoga menghindari pola hidup yang kurang baik. :) Salam

Arti Cinta

Aku rasa cinta tidak membutuhkan alasan
untuk berada di hati mana ia akan menetap.
Cinta yang penuh teori, hanya ibarat mata kuliah.
Yang sering membuat ngantuk para mahasiswa.

Cinta yang sejati tak pernah peduli dengan basa basi.
Harapan hakiki dan ridho Ilahi yang selalu dinanti.

Mencintaimu bukan karena umur apalagi fitur.
Karena cantiknya pribadi dan akhlakmu
bekal sebagai seorang Ayah atau Ibu
yang akan merawat bibit-bibit masa depan dan masa panjang.

Akhwat S2 Salahkah?

Aku pernah mendengar seorang lelaki berkata kurang lebih begini, "Kalau cewek S2 itu biasanya mencari pasangan yang S2 juga atau lebih". :) kita hanya tersenyum mendengar penyataan seorang laki-laki yang sudah memiliki istri berkata begitu. Memang sudut pandang setiap orang selalu berbeda. Tapi apapun itu, biasanya teko yang berisi teh hanya akan mengeluarkan teh bukan susu apalagi kopi. :)
Kita dinilai dari tiap apa yang kita keluarkan. Miris ya, jadi ketahuan. hehe... tapi seberapapun kita menutupi diri, pasti tetap saja bisa dinilai oleh orang lain. Pure aja, apa adanya. Jangan menghindar, tapi memperbaiki diri.
Balik lagi ke tema tadi. Aku miris dengan pernyataan si ikhwan tadi. Kasian kurasa. Istrinya. hehe. Ok. Tutup sampe disitu tentang dia. :)

Kita akan bahas, tentang Akhwat S2.
Yang pertama, dari sebutannya, seorang akhwat tentu berbeda dengan wanita biasa. Mulai dari kampuspun tentu kita sudah mengenal keberbedaan mereka dengan yang lain. Di saat yang lain hanya memikirkan kuliah dan cepat selesai, yang Akhwat (termasuk juga Ikhwan) pikirkan sudah mulai bercabang bagaimana memperbaiki diri, memperbaiki orang lain, menjalankan tugas organisasi, menyelesaikan masalah anggota, mensukseskan acara, mencari dana untuk acara, sampai memikirkan makanan untuk peserta. Semua.. setelah itu baru ia teringat tugas makala untuk besok belum rampung, hingga akhirnya begadang atau menyiapkan mental menghadapi segala resiko di kelas besok pagi. :) .
Disaat yang lain sibuk ke mall atau bermalas-malasan di hari minggu, dimanakah para akhwat ini?. Mereka biasa duduk melingkar dalam halaqoh-halaqoh kecil atau sedang sibuk menyukseskan sebuah agenda dan meninggalkan rendamannya untuk dicuci nanti malam bakda acara selesai.
Disaat yang lain bersolek cantik-cantik agar memikat sang ikhwan atau laki-laki lain. Akhwat berada didalam kebersamaan ukhuwah yang lebih indah dengan tetap mempertahankan hati bahwa semua akan indah pada waktunya.
Dan satu hal, mungkin bisa saja seseorang terlihat seperti akhwat. Tapi militansi, benturan, luka dan suka yang terbentuk atau dirasakan tidak akan membuat seseorang berubah menjadi akhwat. Mereka tetap istimewa, bukan karena polesan, tapi karena benturan, hantaman dan pembakaranlah yang menjadikan tanah liat menjadi sebuah guci berharga.
Mungkin ada yang futur, tapi sebuah kefuturan tentu akan merindukan masa-masa indah menjadi sebuah guci, hingga ia hanya perlu di poles sedikit dan diperbaiki dimana letak penyot-penyot atau lubangnya. Mungkin tempaan itu sungguh indah, hingga sulit untuk dilupakan.
Lalu bagaimana bila sebuah plastik yang secantik guci? Secantik apapun atau seindah apapun, aku yakin guci tak akan pernah iri dengan barang imitasi. :)
Dan itu semua, tak pernah lepas dari izin Ilahi.
Sudah jelas, lalu masih meragukan sebuah kata akhwat/ikhwan???  NOHE'... :)

Yang kedua, Ada sebuah masa dimana seorang wanita menjalankan sebuah amanah yang tidak bisa disambil atau anggap remeh. yaitu saat ia menikah dan menjadi seorang yang bertanggung jawab terhadap masa depan, Ibu.
Bukan karena diikat, tapi ia yang mengikatkan diri. Hingga ketika masa itu datang, segala fokus, tindakan dan cita-cita seolah tertuju pada buah hati dan keluarga. Bukan lagi pada diri pribadi.
Tentu berbeda dengan seorang pria, semakin bertambah usia, semakin semangat dalam memperbaiki kehidupan, berapapun jumlah anak tak jadi hambatan apalagi soal. Kan ada umminya. :). Memang tak ada yang pernah bisa menggantikan seorang ibu. Bila Ibu sakit, urusan anak, rumah, bisa jadi hal yang merepotkan bagi seorang Ayah. Coba bila Ayah atau anak sakit, Ibu yang awalnya sakit menjadi sembuh. Bukan karena hilang penyakit, tapi karena kekuatan cinta seorang ibu yang tak tega melihat suami dan anaknya sakit. Subhanallah... Barakallah untuk semua Ibu.
Dan begitulah, tak ada yang lebih penting dibanding keluarga, Apapun itu.
Lalu, bagaimana kasus wanita karir atau yang sibuk berdakwah? Itu perkara lain. Cobalah tanya, takkan pernah ada yang ingin menggantikan keluarga dengan kerjaan. Karena pada hakikatnya terkadang bekerjapun untuk kesejahteraan keluarga, berdakwahpun untuk menjalankan amanah sebagai khalifah dan mengisi pundi-pundi bekal hari akhir.
Bila ada seorang Ibu yang mampu menggantikan keluarga dengan kerjaan, maka dipertanyakan tentang ke Ibu annya. :)

Mungkin itulah yang menjadi salah satu penyebab hingga kadang para ibu menasehati para akhwat dengan kata "mumpung belum ada ekor". :) Amanah mereka sungguh mulia hingga tak ada apapun yang pantas disejajarkan dengan amanah lain.

Dan mereka melanjutkan S2 bukanlah karena ingin berbangga apalagi mencari yang lebih tinggi.
Salah satu alasannya ialah karena mumpung, mumpung ada kesempatan belajar, mumpung ada rezeki, mumpung belum menjalankan amanah mulia.
Dan yang mereka cari bukanlah suami yang pendidikannya sama atau lebih tinggi, mereka tak memikirkan gelar. Apalah arti sebuah gelar tanpa amal. Mereka mencari seseorang yang mampu membuat diri dan keluarga lebih baik, dekat dengan Ilahi dan membawa ke Syurga Abadi.
Wallahu'alam. Semoga ikhwan tadi atau mungkin ikhwan yang lain yang berpikiran sama terbuka hatinya untuk melihat dengan sudut pandang lain.
Terkadang cukup sedih apalagi miris saat melihat akhwat atau ikhwan bersanding dengan ammah. Sedih, tapi semoga Allah gantikan kebahagiaan yang lebih indah. Semoga suami atau istrinya bisa menjadi bagian dari dakwah bukan sebaliknya. Walaupun seorang ikhwan atau akhwat juga tak menjadi jaminan, tapi setidaknya bila ia militan bisa saja kita sentir telinganya untuk kembali bergabung bersama lagi.
Tempaan itu memang terlalu indah untuk dikenang. Dan tak selengkap kisah untuk diceritakan. Hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang merasakan.
Semoga Allah menyatukan hati-hati kita, mengistiqomahkan langkah-langkah kita dan mempertemukan kita di Syurga Abadi. Aamiin.

Sahabat negeri Abadi

Terkadang kita lupa untuk bersyukur atas kebaikan dan kesempatan yang Allah swt berikan. Mungkin sudah tau atau mungkin sudah paham, hanya sifat pelupanya manusialah yang menyebabkan kita butuh orang lain untuk saling mengingati didalam kebaikan dan kesabaran seperti firman Allah di dalam surat Al-Asr. Makanya peran sahabat, teman atau Murobbi menjadi sangat urgen. Salah memilih teman, maka salah memilih tempat kembali. Karena sahabat atau teman adalah cerminan diri kita.
Tak ada yang pernah bisa hidup sendiri teman. Hingga nabi Adam pun diberikan teman terbaik berbagi suka duka, Siti Hawa.
Jangan sombong dan menafikan orang-orang sekitar, karena tanpa mereka, engkau hanya seonggok jasad hidup tanpa hati. Dan sahabat terbaik, tidak akan pernah menyeretmu ke jurang petaka.
Sekali lagi, mari kita bersyukur atas kebaikan dan kesempatan yang Allah swt berikan pada kita. Tanpa perlu iri atau kecil hati melihat orang lain. Dan tetap rendah hati tanpa menyepelekan orang lain.
Kita diciptakan untuk saling melengkapi. Bukan menghina apalagi mencaci. Iri boleh, hanya didalam
kebaikan. Sebagai motivasi agar membakar semangat melakukan hal yang serupa.
Satu yang tak kalah penting. berdo'a pada Ilahi semoga kita diberikan sahabat-sahabat yang terbaik yang dapat menuntut kita ke negeri Abadi. Aamin... :)

Pesan Hasan al Banna

Dasar Keimanan adalah nurani yang menyala,
Dasar Keikhlasan adalah hati yang takwa,
Dasar Semangat adalah perasaan yang menggelora,
dan Dasar Amal adalah kemauan yang kuat.
Kenangan akan menyusul huruf demi huruf kehidupan.
Menelantarkan masa lalu dan memaksa kepak sayap dimasa depan.
Kenangan menghampar tiap denyut kepingan pribadi.
Menghempas lalu terbang,
Menerbang lalu ikhlas.

IIQ, 110114

Alasan bersegera didalam kebaikan:


  1. Karena waktu kita saat ini. Bila kita menunda-nunda banyak kebaikan yang akan tertunda
  2. Karena amal kita tidak mungkin orang lain yang melaksanakan
  3. Karena kemuliaan derajat seseorang disisi Allah swt disebabkan kecepatan kita dalam merespon setiap kebaikan. Inilah yang menyebabkan posisi kita berbeda-beda dihadapan Allah swt
  4. Karena setiap moment mempunyai waktu-waktunya sendiri
  5. Karena tidak semua orang diberikan kesempatan untuk beramal. :)
Jambi, 160914

Dunia Kehidupan

Kita bisa membuat dunia didalam kehidupan kita.
Untuk menjadi protagonis atau antagonis.
Untuk bergabung dalam kebaikan,
Atau hancur dalam keburukan.
Untuk tegar didalam takwa,
Atau terpeleset bersama setan.

Jambi, 160914

Kamis, 11 September 2014

Kuliah dari Universitas Kehidupan

by Ahmad Syafaat, Cahaya Qur'ani rintangan
Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, dari mana kita belajar IKHLAS
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, dari mana kita belajar SABAR
Jika setiap doa kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR.
Seorang yang dekat dengan Tuhan, bukan berarti tidak ada air mata
Seorang yang taat pada Tuhan, bukan berarti tidak ada kekurangan
Seorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa sulit
Biarlah Tuhan yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Dia tahu yang tepat untuk memberikan yang terbaik.
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN.Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI.
Tetap semangat….
Tetap sabar….
Tetap tersenyum…..
Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN
TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”
Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan
MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA.
[Disadur dari Buku "Sepatu Dahlan Iskan"]

Meluruskan 10 Mitos Seputar Menghafal al-Quran

Oleh Syafaat, Cahaya Qur'ani
Setiap orang yang mau menghafal al-Quran pasti akan dihantui mitos (keyakinan tak berdasar), sebelum melangkah. Mitos tersebut kadang berdampak pada melemahnya motivasi atau harapan yang berlebihan usai hafal al-Quran nantinya. Sering terjadi, ketika anak minta izin pada orangtuanya untuk mulai menghafal al-Quran, orang tua melarang atau tidak merestuinya akibat perspektif yang salah tentang dunia hafalan.
Jadi mitos itu bisa meruntuhkan mental diri sendiri dan juga mampu meruntuhkan mental orang lain. Kedua dampak tersebut sama-sama merugikan mereka yang akan menghafal. Anehnya, mitos tersebut justru muncul dari orang yang belum memiliki pengalaman menghafal sama sekali. Dengan kata lain, mereka telah menyesatkan orang lain akibat ketidaktahuan mereka.  Berikut ini mitos-mitos yang harus diluruskan. Mitos-mitos tersebut adalah:
1. Menghafal itu banyak cobaan dan godaan
Konon, cobaan orang yang menghafal al-Quran itu banyak, seperti mengidap penyakit, gangguan lingkungan, musibah keluarga. Sebenarnya sering sekali orang yang sedang menghafalkan al-Quran itu jatuh sakit, tetapi itu lebih diakibatkan faktor eksternal. Mungkin saja kurang olahraga, sedikit gerak, makan tidak teratur menjadi penyebabnya. Jadi, jangan dikaitkan penyakit yang menimpa dengan proses menghafal.
Bila terpaksa kita harus mencari-cari korelasi antara penyakit dengan hafalan, maka akan terjadi lompatan berpikir dan rekayasa logika yang panjang. Misalnya: “Orang yang menghafal menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk. Duduk dalam jangka waktu lama akan mengendapkan lemak dan melambatkan sirkulasi darah. Darah yang terhambat berdampak pada lemahnya fungsi syaraf dan motorik organ. Lemahnya fungsi syaraf mengakibatkan konsentrasi berkurang dan sering pusing. Pusing dalam kurun waktu lama akan mengakibatkan instabilitas kinerja organ lainnya. Inilah yang disebut sakit.” Jika logika itu yang dipakai, maka aktifitas apapun berpotensi datangnya penyakit.
Tak kalah dahsyatnya, konon penghafal al-Quran itu selalu mendapat godaan dari lawan jenis dan maksiat lainnya, terutama saat menghafal surat an-Nisa (wanita). Ini juga mitos yang sama sekali tak berdasar. Pengalaman banyak penghafal al-Quran ternyata tidak mengalami kejadian itu. Seandainya fakta itu ada, kemungkinan besar orang yang bersangkutan telah membawa benih-benih asmara itu sebelum mulai menghafal. Akibatnya, kejenuhan menghafal atau akumulasi keteledoran menjadikannya mencari selingan aktifitas lain sebagai pelarian dan pelampiasan. Menyatukan dua fokus (bercinta dengan menghafal) jelas sangat sulit dan memunculkan masalah baru, yaitu asmara amburadul, hafalan juga hancur. Semakin amburadul, semakin seseorang mencari pelampiasan yang lebih dalam lagi.
2. Jangan menghafal, kalau lupa, dosanya besar
Konon pengahafal al-Quran itu dosanya besar, bila melupakan ayat yang pernah dihafalnya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dari Anas bin Malik:
وَعُرِضَتْ عَلَيَّ ذُنُوبُ أُمَّتِي، فَلَمْ أَرَ ذَنْبًا أَعْظَمَ مِنْ سُورَةٍ مِنَ القُرْآنِ أَوْ آيَةٍ أُوتِيهَا رَجُلٌ ثُمَّ نَسِيَهَا
Saya diperlihatkan dosa umatku, maka saya tidak melihat dosa yang lebih besar dibanding dengan surat dan ayat dari al-Quran yang dihafal oleh seseorang lalu ia melupakannya.
Hadis ini menurut al-Albani tergolong dlaif, sehingga dia tidak bisa dijadikan pegangan untuk landasan hukum (halal dan haram). Meski demikian, hadis tersebut masih dapat digunakan untuk motivasi kebaikan (fadlail a’mal). Hadis ini ditujukan tidak hanya pada mereka yang hafal 30 juz saja, tetapi mereka yang hafal satu surat pendek pun, bahkan satu ayatpun kena, apabila pada akhirnya hafalan tersebut dilupakan. Dahulu ketika masih belajar di TPQ atau MI, MTs begitu banyak pelajar yang hafalan ayat atau surat, sebagai persyaratan kelulusan atau penunjang nilai, bila kini ternyata hafalan itu banyak yang menguap (tidak hafal lagi), ia juga menjadi sasaran (khitab) dari hadis tersebut.
Hanya saja, persoalannya tidak sesederhana itu. Lupa telah menjadi ciri dari makhluk Allah yang bernama manusia. Pertanyaan adalah lupa yang seperti apa yang dianggap dosa besar itu? Adakalanya lupa disengaja, adakalanya juga tidak disengaja. Disengaja artinya melakukan suatu kecerobohan/kesembronoan secara sadar lalu berdampak pada hilangnya ayat/surat dari al-Quran. Tidak disengaja artinya segala upaya untuk melanggengkan hafalan telah dilakukan secara kontinyu, namun masih ada saja huruf yang kurang, kata yang tak terbaca atau bahkan terlewatinya satu ayat al-Quran tanpa ada kesengajaan. Jelas kesalahan karena faktor ketidaksengajaan itu akan diampuni oleh Allah, karena di luar kekuatan manusia. Mustahil dijumpai di dunia ini, selain Rasulullah, orang yang menghafal 30 juz tanpa salah/lupa sama sekali. Sementara orang yang sembrono, mungkin dalam waktu sekian bulan tidak memurajaah hafalannya, jelas ini sama halnya menghina Allah. Sang pencipta telah memberi karunia agung berupa hafal al-Quran, lalu karunia itu diterlantarkan. Jadi subtansi masalahnya bukan pada lupanya tapi pada kecerobohannya itu.
Ada logika yang kurang benar pada kata: jangan menghafal, nanti khawatir lupa. Mestinya dibalik: menghafallah agar selalu ingat. Begitu sulitnya kita memurajaah sekian banyak ayat dan surat yang berserakan (sesuai hafalan acak sejak masa kecil dulu). Sementara itu, dengan menghafal keseluruhan, semua ayat yang berserak akan terhimpun teratur dan tertib dari awal hingga akhir dan termurajaah secara rutin. Ungkapan: jangan menghafal, hakikatnya adalah perasaan pesimis kalah yang ditularkan kepada orang lain, sebelum peperangan sungguh-sungguh dimulai. Bisa jadi, orang yang dilarang menghafal itu punya potensi besar menghafal cepat dan bagus, sehingga melarang orang lain menghafal hakikatnya mengkebiri hak orang untuk sukses menjalani kehidupan dunia dan akherat.
Semestinya anjuran menghafal atau tidak menghafal harus datang dari kyai atau ustadz yang sukses menghafal dan memahami persis psikologi menghafal, bukan kyai atau ustadz yang belum pernah atau gagal menghafal. Ibarat dokter, semakin ia kompeten dan memiliki gelar spesialis, semakin ia punya kewenangan untuk mengidentifikasi penyakit tertentu dan memberi resep, serta pasien juga tidak merasa was-was ketika ditangani dokter tersebut.
3. Menghafal itu butuh waktu lama
Konon proses menghafal itu butuh waktu yang sangat lama, betulkah? Sering pertanyaan seputar durasi waktu menghafalkan seperti ini muncul. Ternyata jawaban dari pertanyaan tersebut sangat bervariasi mulai dari yang super cepat (kurang dari 10 bulan) sampai yang paling lambat di atas 10 tahun, bahkan tidak jarang berakhir dengan kegagalan. Jika jawabannya bervariasi, maka tidak bisa diklaim bahwa menghafal itu pasti memakan waktu lama.
Animo masyarakat muslim terutama di perkotaan untuk menghafal al-Quran kian besar dan tak terbendung, sementara pada saat yang sama mereka dihadapkan pada tuntutan hidup faktual (bekerja, menikah, membesarkan anak, meniti karir, melanjutkan studi, berorganisasi). Lagi-lagi, persoalan yang muncul adalah cukupkah dalam waktu terbatas (1 tahun, 2 tahun dst) semua keinginan itu berjalan simultan.
Memang benar, menghafal al-Quran termasuk kategori Extra Ordinary Memorization (EOM), proyek menghafal yang luar biasa banyaknya, sekitar 600 (full) halaman dengan ratusan kata yang mirip dan ratusan kata non Arab di dalamnya. Dibutuhkan kolaborasi antara psikis, fisik, transeden yang kokoh untuk melakukannya. Ketenangan psikis dibutuhkan agar kerja otak untuk proses menghafal tidak terganggu, fokus dan stabil dalam jangka waktu yang panjang. Fisik yang sehat ikut juga berkontribusi menjaga stabilitas psikis, kinerja mekanis tubuh. Menggerakkan mulut untuk membaca, tangan membuka mushaf dibutuhkan kinerja mekanis tubuh yang sehat. Peran transendental (keyakinan/keimanan), meski kerja di belakang layar, adalah mengatur harmoni psikis dan fisik sekaligus mensupplay tenaga yang maha dahsyat. Seringkali aspek transedental ini mendominasi dan mengambil alih peran psikis dan fisik. Contoh banyak sekali orang buta yang hafal al-Quran, tidak jarang orang yang berbaring sakit sukses menghafal.
Pengalaman membuktikan bahwa perencanaan yang baik dalam menghafal dapat mempercepat tuntasnya hafalan. Tak terhitung jumlahnya para santri tahfidz di Indonesia yang hafal al-Quran kurang dari satu tahun, bahkan di Saudi Arabia ada seorang perempuan yang menyelesaikan hafalan 30 dalam waktu satu bulan. Jadi, menghafal itu tidak harus lama, ia bisa cepat asalkan diorganisir sedemikian rupa sehingga terjadi keseimbangan antara murajaah hafalan baru dan lama, terjadi efektifitas pemanfaatan waktu 24 jam dalam sehari semalam.
4. Menghafal itu membuat pikiran tumpul dan lemah dalam pemahaman
Konon penghafal al-Quran itu kecerdasannya berkurang. Mereka tidak mampu menguasai kitab kuning, jadi sarjana dll. Mitos tersebut hanya berlaku bagi mereka yang menjadikan hafalan sebagai ghayah (tujuan) bukan wasilah (media/jembatan). Hafalan sebagai tujuan artinya ketika tujuan itu tercapai maka berhentilah segala upaya yang terkait menghafal. Bagi mereka yang penting adalah lancar membaca dan banyak undangan acara khatmil Quran, sehingga tidak ada lagi upaya untuk mendalami bacaan (ilmu qiraat), mempelajari isi kandungannya (tafsir), menggali hukum yang ada di dalamnya (ayatul ahkam), atau mengkaitkan ayata-ayat al-Quran dengan ilmu pengetahuan lain (munasabah). Penghafal seperti ini jelas kehilangan harapan untuk menggali khazanah ilmu al-Quran sehingga kecerdasan otak dan akal menjadi tumpul dan tak terasah. Apa yang ia baca laksana mantra yang hebat meski tak memahami isinya.
Berbeda dengan mereka yang menjadikan hafalan sebagai wasilah saja. Tujuan utama menghafal bagi mereka adalah menguasai sumber hukum Islam, menjadikan al-Quran sebagai sumber inspirasi sekaligus pedoman hidup. Kelompok ini tergolong kelompok mayoritas. Hampir semua ulama besar di Timur Tengah hafal al-Quran. Ini jelas berbeda dengan di Indonesia. Seakan di sini ada dikotomi, ulama al-Quran dan ulama kitab kuning. Juga ada asumsi bahwa ulama al-Quran kurang kompeten dalam menguasai kitab kuning, sebaliknya juga demikian ulama kitab kuning dianggap tidak ada yang hafal al-Quran.
Menurut Abdud Daim al-Kaheel, orang yang hafal al-Quran itu pasti otaknya lebih cerdas dan intelegensinya meningkat. Ia sendiri menceritakan bisa menjadi cerdas akibat menghafal al-Quran.Proses menghafal hakikatnya proses pengasahan otak dalam waktu yang sangat lama. Otak yang telah terasah ini jelas menjadi lebih cerdas dari sebelumnya.
5. Penghafal al-Quran itu malas bekerja
Karena ada kekhawatiran hafalannya hilang, umumnya penghafal al-Quran fokus dalam setiap waktunya untuk murajaah, sehingga tidak ada waktu untuk bekerja. Kadang tradisi terbiasa tidak bekerja itu terbawa sampai masa tua, selalu merasa canggung untuk bekerja kasar, sehingga terbentuk opini bahwa penghafal al-Quran itu priyayi, dan priyayi itu minta dihormati dan enggan melakukan pekerjaan berat atau kasar. Betulkah demikian?
Jelas mitos di atas tidak benar meski pada kenyataannya sebagian kecil masih ada yang seperti itu. Nama besar seorang “penghafal al-Quran” kadang membuat silau diri sendiri. Kesilauan itu akhirnya membebani diri sendiri secara berlebihan. Beberapa pesantren tahfidz di Indonesia sudah banyak yang menerapkan kurikulum tertentu untuk merubah mindset negatif tersebut dan berupaya menetralisir tabiat “gede rumongso” di kalangan para santrinya. Sebagai contoh: alm. KH. Mustain Syamsuri (pendiri PP. Tahfidz Darul Quran Singosari Malang) melatih santrinya untuk berwirausaha dengan cara memperkerjakan mereka sebagai tukang bangunan, penjual snack keliling, sopir angkot dan sebagainya seusai setoran al-Quran di pagi hari. Dari aspek penampilan, para santri diminta untuk tidak mengenakan simbol kesantriannya (kopiyah, sarung, sorban, baju koko) ketika mereka sedang bekerja. Dari kurikulum interpreneurship tersebut, lahir para alumni yang tidak canggung bekerja kasar dan keras dalam segala bidang kehidupan. Di antara mereka ada penjual rokok keliling, juru parkir, makelar mobil, dosen, guru dan lain. KH. Mustain pernah berpesan: “Hafalan al-Quran itu bukan sumber maisyah (ekonomi), ia semata karunia tuhan dan hanya dipersembahkan untuk-Nya. Ketika bermuamalah dengan orang lain, lupakan status “penghafal al-Quran” itu bergaullah seperti umumnya orang dari aspek acara bicara, cara berpakaian, cara bekerja.”
Jadi penghafal al-Quran itu mestinya memiliki etos kerja tinggi, pekerja keras. Lalu apa dengan bekerja itu tidak mengganggu murajaah harian mereka? Seperti halnya dzikir, murajaah al-Quran -sesuai ayat al-Quran- itu bisa dilaksanakan dalam kondisi berdiri, duduk maupun berbaring. Penghafal al-Quran harus pandai-pandai cari tempat atau cari waktu untuk murajaah yang sama sekali tidak mengganggu aktifitas kerja maupun muamalah. Dengan demikian, hafalan al-Quran itu tidak menghalangi orang sedikitpun untuk menjadi orang sukses melalui aktifitas kerja harian.
6. Membaca dengan hafalan itu mereduksi pahala mata (untuk melihat tulisan mushaf)
Konon pengahafal al-Quran itu pahalanya lebih sedikit dibanding pembaca al-Quran dengan mushaf, karena tidak seluruh anggota tubuh ikut aktif pada proses membaca. Padahal, masing-masing peran dari organ tubuh dalam membaca al-Quran itu mendatangkan pahala sendiri-sendiri. Mata melihat mushaf ada pahalanya, telinga mendengar ada pahalanya dan mulut melantunkan ayat juga ada pahalanya.
Memang benar Imam Ghazali dan Qadli Husein (tokoh pada madzhab Syafi’I) berpendapat tentang hal yang sama dengan penjelasan di atas bahwa membaca mushaf itu lebih afdal daripada membaca hafalan. Tetapi yang perlu juga dipahami, kalau melihat mushaf saja pahala, bagaimana dengan proses penyimpanan dan reproduksi memori al-Quran melalui otak, apa peran otak tidak ada pahalanya? Menurut Imam Nawawi dalam kitabnya “at-Tibyan” keutamaan membaca mushaf daripada membaca hafalan itu terjadi manakala dari aspek kekhusyuan, perenungan makna itu sama baiknya. Berarti kalau dengan membaca hafalan itu seseorang semakin khusu’ dan mampu mentadabburi daripada membaca mushaf, maka membaca hafalan lebih afdal, demikian juga sebaliknya.
Dari aspek lain, setiap huruf al-Quran yang dibaca bernilai sepuluh kebaikan. Jadi semakin banyak ayat dibaca, semakin banyak pula pahala yang didapat. Hanya umumnya penghafal al-Quran frekwensinya baca al-Quran-nya relatif lebih banyak dibanding dengan mereka yang tidak hafal. Sebetulnya tidak ada larangan seorang penghafal itu membaca mushaf, sebagaimana tidak ada keharaman pembaca mushaf untuk menghafal al-Quran. Keduanya tidak saling bertentangan, bila bosan menghafal, ya membaca, Jika bosan membaca, ya menghafal, begitu seterusnya.
7. Penghafal al-Quran itu bacaanya tidak bagus (kurang tartil)
Konon penghafal al-Quran itu tidak ada yang membaca secara tartil, karena terbiasa baca cepat dan mempercepat putaran 30 juz dalam beberapa hari saja. Pernyataan tersebut benar bila tidak digeneralisir. Yakni, memang ada yang demikian, namun ada juga yang bacaannya bagus, murottal sebagaimana ditunjukkan oleh para imam masjid di Mekkah dan Madinah. Di Indonesia, para peserta MHQ (musabaqah hifdzil quran) umumnya memiliki hafalan dan bacaan yang bagus dan murottal.
Bila ukuran penilaian itu dari acara khataman di kampung-kampung, jelas ini tidak fair karena hanya kasuistik dan temporer. Motivasi membaca cepat (hadr) semata memenuhi tuntutan pengundang agar khatam 30 juz dalam waktu maksimal 10 jam (3 juz perjam). Guru besar ilmu qiraat di IIQ Jakarta pernah berpesan: baca cepat itu boleh asal tidak seringa, hanya sebatas “tombo kangen” (pelepas dahaga kerinduan).
Dalam tingkatan bacaan (maratib al-Qiraah), diperbolehkan baca cepat asalkan masih sesuai kaidah tajwid, inilah yang disebut dengan tingkatan hadr. Artinya cepat atau lambat itu diperbolekan bila terbalut dengan prasyarat yang bernama tartil (segala bacaan yang sesuai kaidah). Imam Ali bin Abi Thalib berkata: tartil itu memperbaiki bacaan huruf dan mengetahui tempat wakaf. Kecepatan membaca yang di luar batas wajar (hadzramah) bagaimanapun juga tidak diperkenankan dalam membaca al-Quran, inilah yang menurut Imam Nawawi termasuk bacaan yang diharamkan.
8. Menjaga hafalan itu lebih berat dari menghafal awal
Konon menghafal itu lebih mudah daripada menjaganya. Sebagian orang termasuk para orangtua tidak mengizinkan anaknya atau familinya untuk menghafal al-Quran dengan dalih menjaga hafalan itu berat, bahkan lebih berat dari menghafal itu sendiri. Mitos ini bisa menjadi virus mematikan bagi siapa saja akan menghafal. Virus ini lebih mengedepankan pesimis daripada optimisnya. Anehnya virus ini lebih sering dihembuskan oleh orang yang belum pernah menghafal, dia hanya memandang dari kejauhan dan silau sebelum mendekat.
Padahal begitu masifnya penghafal al-Quran yang merasakan manisnya madu berdzikir al-Quran, sejuknya dekapan untaian al-Quran. Ibarat makanan, delapan jam saja kita tidak mengkosumsinya, tubuh terasa lemah, rindu dan ingin mendekat. Demikian halnya, bagi penghafal al-Quran sehari saja bibir mereka tidak basah dengan nada al-Quran, terasa sangat lapar dan dahaga. Ia bagai oase di tengah panasnya cuaca padang pasir, mampu menyejukkan hati yang gundah serta menyegarkan pikiran yang galau.
9. Sebelum menghafal itu wajib izin pada orang tua/guru
Konon sebelum menghafal al-Quran itu wajib minta restu orang tua/guru, agar mendapatkan ridlo Allah. Mitos ini mengandung unsur benar dan juga sekaligus salah. Unsur benarnya adalah orang tua merasa dihargai dengan permohonan izin tersebut dan restu mereka menjadikan langkah anak semakin mantab, serta doa orang tua/guru memberikan sumbangan energi dahsyat pada kesuksesan anak/murid. Unsur salahnya adalah bila segala bentuk kebaikan itu harus minta izin orang tua, maka begitu beratnya tugas anak. Seringkali ketidaktahuan orang tua tentang hal ikhwal hafalan, mematahkan asa anak untuk menghafal.
Semua orang tua/guru ingin anaknya/muridnya bahagia dalam belajar (dengan makan cukup, tidur nyenyak, ibadah nyaman), sementara menghafal itu proses berat dan melelahkan, sehingga kadang orang tua/guru tidak mengizinkan anaknya/muridnya menghafal. Hindarilah pertanyaan yang apabila dijawab justru kita berat melaksanakannya, itu pesan al-Quran. Anak yang minta izin, kemudian orang tua tidak mengizinkan, tidak etis anak menentang keputusan orang tua. Kekhawatiran terbesar dari mitos keharusan izin ini adalah hilangnya motivasi diri anak/murid untuk menghafal, padahal motivasi ini harta berharga yang sulit dicari dan susah ditumbuhkan kembali ketika memudar dan tenggelam.
Solusi terbaik adalah jalan tengah, seorang anak sebaiknya jangan minta izin, tetapi minta saran, itupun bila dipandang orang tua/guru tersebut memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang seluk beluk menghafal al-Quran.
10. Penghafal al-Quran itu layak dihormati
Konon orang yang hafal al-Quran itu kemanapun selalu dihormati orang lain, disanjung dan dipuja. Seakan rizkinya mengalir deras tanpa kerja berat. Mitos ini menjadi pemicu motivasi banyak orang untuk menghafal al-Quran. Hal ini dilatarbelakangi oleh pengamatan dari orang yang bersangkutan kepada seorang tokoh yang dihormati dan kebetulan hafal al-Quran. Sah-sah saja motivasi awal menghafal seperti itu, namun sebaiknya dalam perjalanan selanjutnya mitos tersebut sedikit demi sedikit harus dirubah.
Ada beberapa alasan kenapa harus dirubah, yaitu: (1) menuntut ilmu dan ibadah harus dilandasi keikhlasan semata karena Allah, (2) adalah hak orang lain untuk menilai apakah kita layak atau tidak untuk dimuliakan, (3) harapan yang berlebihan dapat mengakibatkan shock berat (stress), bila tidak tercapai, (4) tidak semua orang yang menghafal itu tuntas 30 juz, dan tidak semua yang tuntas itu berkualitas bagus dan lancar, kualitas hafalan yang bagus dan lancar, tidak serta merta mendapatkan pujian atau sanjungan.
Fokus penghafal al-Quran harus diarahkan untuk ta’abbud dan taqarrub pada Allah, serta menyelami dalam dan luasnya samudara ilmu Allah melalui al-Quran. Dapat cercaan tidak emosi dan terus introspeksi, dapat pujian tetap rendah hati. Berharaplah pujian dan kemuliaan langsung dari pemilik al-Quran yaitu Allah swt. Wallahu a’lamu bis shawab. (Malang, 1 Oktober 2012, 00.30)

Tips Menguatkan Hafalan


Sekedar mengingatkan saja, tips-tips yang kami buat ini tidak bertujuan agar Anda menjadikannya  sebagai pedoman atau langkah “wajib”, tapi lebih ke arah koreksi atas metode tidak efektif yang mungkin Anda gunakan selama ini. Yang membuat hafalan itu menjadi sulit bukanlah karena materi hafalan yang berat, tapi lebih cenderung karena gaya menghafal yang diterapkan tidak tepat.
Oleh karena itu kami mengharapkan agar setelah membaca artikel ini, paradigma berpikir Anda akan berubah. Jika selama ini Anda menganggap bahwa menghafal itu sulit, maka pemikiran ini akan berubah karena Anda akan menyadari mungkin ada di antara metode yang Anda gunakan kurang tepat. Baiklah, langsung saja kita membahas tips berikutnya.
  1. Lakukan gerakan-gerakan kecil.
Tips yang ini memang kedengarannya agak nyeleneh daripada tips -tips lainnya, terkadang ada hal-hal lama tapi tidak efektif dan harus didobrak. Selama ini cara kita menghafal lebih sering dengan berdiam di satu tempat saja, tapi cara ini lebih cepat untuk membuat kita mengantuk ketimbang untuk menyerap hafalan. Ketika sudah mengantuk, jangan harap materi yang dihafal akan masuk ke dalam ingatan.
Di samping itu otak kita juga memerlukan sirkulasi darah guna menyuplai oksigen yang sangat dibutuhkan otak agar tetap segar. Padahal hanya dengan kondisi otak yang fresh kita dapat menghafal, dengan demikian tips ini sangat tepat untuk diterapkan. Cara seperti ini juga membuat otak menyerap materi lebih cepat. Namun tips ini bukan menyuruh Anda untuk menghafal di saat berolahraga. Tetapi ketika menghafal, cobalah sambil berjalan bolak-balik atau melakukan lompatan rendah, atau gerakan-gerakan kecil lainnya yang memungkinkan untuk dikerjakan sambil menghafal, atau lebih baik lagi sambil melakukan senam otak. Tapi ingat, jangan menghafal sambil melakukan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi, karena hal ini justru akan menimbulkan bahaya.  
2.Makan makanan bergizi.
Sebagai makhluk hidup, manusia membutuhkan energi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Untuk memenuhinya, manusia memerlukan asupan makanan yang cukup. Setelah itu makanan juga mempunyai fungsi penting lainnya sebagai pembangun sel-sel tubuh dan pengganti sel-sel yang rusak. Tak jauh berbeda, otak juga membutuhkan zat-zat bergizi untuk menunjang kinerjanya.
Ada banyak pilihan makanan untuk asupan otak, tapi menurut penelitian ilmiah, makanan-makanan yang dibutuhkan agar memori tetap terjaga dengan baik adalah : susu, telur, ikan, kerang, kacang, millet, jagung, lily, lada, bayam, jeruk, teh, nanas, wortel, alpukat, kubis, jamur, aprikot, anggur, dan blueberry. Kemudian, hindarilah junk foods yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Dengan mengonsumsi makanan bergizi, selain dapat menambah kecerdasan, berarti kita juga telah menjaga kesehatan tubuh yang sangat berharga.
3. Istirahat yang cukup.
Hal yang sering membuat siswa gagal dalam ujian adalah karena mereka baru menghafal pelajaran di malam sebelum ujian berlangsung (sistem kebut semalam). Padahal di saat itu tubuh sudah benar-benar lelah dan butuh istirahat. Jika kita memaksakan diri untuk belajar, yang didapat hanyalah rasa mengantuk. Makanya, jangan sekali-kali menghafal di saat tubuh sedang lelah. Lebih baik beristirahat dulu agar kondisi tubuh kembali segar.
Memaksakan diri bukanlah hal yang baik, malah akan membuat hal negatif lainnya. Oleh sebab itu, istirahat yang cukup adalah hal yang sangat dibutuhkan untuk menghafal. Sejenius apapun seseorang, ia pasti membutuhkan istirahat yang cukup agar bisa kembali menghasilkan ide-ide brilian dan sekuat apapun seorang atlet ia tetap butuh istirahat agar menang dalam pertandingan. Demikian pula dengan menghafal, sebenarnya juga menguras energi yang banyak.
4. Jangan ragu untuk mengadakan ulangan-ulangan.
William James pernah berkata: “Sejak kita bangun tidur sampai kita tidur lagi, 99 dari 100, bahkan 999 dari 1000 macam perbuatan kita itu adalah perbuatan dari sendirinya atau gerakan kebiasaan”. Hal ini menunjukkan bahwa otak akan mudah melakukan retrieval terhadap data-data berupa kegiatan yang rutin dilakukan ketimbang hal-hal yang jarang dikerjakan.
Banyak yang menganggap inilah tahapan paling repot dan menguras banyak konsentrasi dalam menghafal. Sebenarnya kalau kita mengerjakannya dengan cara yang menyenangkan, pendapat ini tidak akan terjadi.  Ada banyak cara untuk melakukan pengulangan, seperti dengan menulis kembali apa yang dihafal, atau merekam suara kemudian Anda mengulang-ngulang rekaman tersebut sembari mengulang-ngulang hafalan dengan mengikuti suara sendiri. Atau juga bisa mengggambar sesuai imajinasimu untuk mengungkapkan hafalan, dan boleh juga di zaman serba canggih ini Anda membuat animasi yang menggambarkan hafalan tersebut, menyenangkan bukan? Jadi ada banyak cara untuk melakukan pengulangan ini. Sehingga terciptalah apa yang disebut dengan ‘hafal luar kepala’ dan ketika ini terjadi, Anda tidak perlu risau ingatan itu akan hilang.
5. Dalami dan Pahami hal yang akan dihafal.
Suatu waktu mendapat tugas untuk menghafal istilah berbahasa Inggris, sementara Anda sudah mahir berbahasa Inggris, tentu tidak sulit untuk menghafal istilah itu bukan? Maka lebih baik jika kita memahami apa dan mengerti apa yang kita hafal. Malahan menghafal dengan metode ini lebih cepat daripada tanpa memahami makna hafalan itu, terlebih pada rumus-rumus. Jika kita telah mengetahui dasar penurunan rumus tersebut, maka rumus itu bukan lagi sekedar hafalan tapi telah menjadi ingatan yang sempurna di dalam otak.
Hal ini terjadi karena ketika akan memasukkan data, konsentrasi otak kita terbagi antara menghafal dan memahamkan hal yang asing di dalam otak. Bila hal yang dihafal ternyata telah dipahami dengan baik, sudah tentu ketika kita menghafal otak tidak perlu lagi memahamkan istilah yang asing itu. Sehingga akan lebih dimengerti oleh otak dan hafalan akan mudah diserap.
10. Jangan terburu nafsu untuk cepat menghafal.
Tips ini berguna untuk hafalan banyak yang menggunakan target, seperti menghafal Qur an. Jika sudah mempunyai target per hari, patuhilah target tersebut. Seandainya  Anda mampu melampaui target itu, tidak usah terburu nafsu untuk melangkah ke hafalan berikutnya. Biarlah sedikit lama, tapi hal ini akan lebih efektif daripada terburu-buru dalam menghafal.
Menghafal juga membutuhkan waktu untuk mengulang-ulang kembali hafalan tersebut agar dapat terekam dengan sempurna di dalam otak. Sebetulnya untuk hafalan yang menggunakan target tidak penting lamanya waktu diperlukan untuk menuntaskan hafalan karena yang terutama adalah konsistensi pada target yang telah dibuat. Pada saat hafalan itu banyak, tentulah waktu yang dibutuhkan untuk mengulang semakin banyak, jika ini tidak terpenuhi, maka hafalan tersebut tidak akan mantap. Di samping itu kalau kita menghafal melebihi target kita akan malas menghafal materi hafalan selanjutnya karena sombong dan merasa gampang pada hafalan itu.  Jika sekali saja kita malas menghafal, maka untuk selanjutnya kita akan malas menghafal.
Menghafal memang termasuk aktivitas yang cukup sulit, namun sebenarnya hambatan terbesar dalam menghafal adalah karena kita sering menganggap menghafal itu sulit dan takut hafalan tersebut akan lupa. Hal yang mudah sekalipun akan terasa susah bila kita selalu menganggap itu sebagai sebuah kesulitan. Padahal hanya dengan kemauan yang kuat dan tekad sekeras baja saja, hambatan sebesar apapun akan bisa dihadapi dan impian setinggi langit dapat dicapai. Walhasil, kalau boleh penulis menyimpulkan, kunci utama untuk menghafal sebenarnya adalah kemauan. Secanggih apapun tips yang diamalkan tidak akan manjur bila tekadnya lemah. Jika Anda sudah punya niat menghafal pada saat ini, jangan ragu lagi, mulailah dari sekarang. Dan jika belum selesai, jangan menyerah, karena keberhasilan tidak akan pernah tercapai jika Anda diam dan tidak sungguh-sungguh dalam berusaha.

Imam Masjid Nabawi: Otak Penghafal Al Qur'an Lebih Cerdas

Posted by on Selasa, 26 Agustus 2014. Label: ,
GriyaQuran.net, JAKARTA -- Imam Masjid Nabawi, Syaikh Sa'ad Al Ghamidi otak penghafal Alquran lebih tajam dari yang tidak menghafal Alquran.
Menurut Syaikh, Alquran akan terus memberikan stimulasi otak dan mengasah ketajaman otak, hingga semakin lama semakin mudah menghafal. Perbedaan terlihat pada anak-anak yang menghafal Alquran, dengan anak-anak yang tidak menghafal Alquran. Menurutnya anak-anak yang menghafal Alquran cepat dan mudah mengingat sesuatu.

Anak-anak penghafal Alquran biasanya juga cerdas dan cemerlang di bangku sekolah. "Mereka akan mudah menghafal pelajaran di sekolah, karena mereka terbiasa menghafal ayat-ayat suci Alquran," kata Syaikh Al Ghamidi saat berbincang dengan ROL, di Hotel Borobudur Jakarta, Ahad (30/3) kemarin malam.

Menurutnya, hal itu karena kelebihan yang diberikan Allah SWT bagi orang yang hidup bersama Alquran. Namun Syaikh mengingatkan tujuan menghafal Alquran harus bersih. Jangan sampai ada orientasi dunia dalam menghafal Alquran tersebut. Niatnya harus ikhlas semata-matalillahi ta’ala.

Adapun kelebihan-kelebihan yang diberikan bagi penghafal Alquran hanya sebagai ‘bonus’ atas kerja kerasnya yang telah bersusah payah menghafal ayat-ayat suci Alquran.
“Janganlah engkau menghafal Alquran dengan mengharap materi di dunia. Tapi hafallah Alquran dengan mengharapkan akhirat,” kata Syaikh Sa'ad mengutip perkataan Imam Syankiti. (republika.co.id)