BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Senin, 22 Februari 2016

Wanita-Wanita Penghuni Surga...


Terkadang saya merasa agak berlebihan bila mencap seseorang dengan label tertentu. Tapi saya bingung bila menganti dengan kata-kata lain. Karena itu adalah kata pertama yang terlintas saat membaca dan mendengar sebuah video kiriman seorang ukhti. Dan mengalirlah tetesan demi tetes butir-butir salju dari mata saya dan yang terlintas saat itu hanya sebuah kata, "Wanita Penghuni Surga". Semoga itu menjadi sebuah do'a bagi para wanita yang menjaga izzah dan maru'ah nya. Aamiin..

Malu.. diri ini saat berkaca kepada mereka yang tetap tenang dan sabar memegang teguh syari'at.
Berkaca pada kaca yang jernih, rasanya tak mampu menatap wajah diri yang mungkin telah penuh debu kegelisahan dan tinta ketakutan akan kehidupan dunia yang semakin tak jelas bentuknya.
Saya bingung menjelaskannya. Tapi ini semua bermula dari sebuah lagu tentang cinta dan ikatan suci dibawah nama Allah. Yap.. Tentang sebuah Pernikahan. yang bikin saya malu dan sedih bukan karena indah atau cantik sang pelantun lagu. Melainkan karena orang yang mengirimkan video itu yang sungguh membuat mata ini berair dan diri ini malu untuk berkaca, bagaimana bentuk diri ini sebenarnya.

Dia adalah seorang ukhti yang kukenal dengan menjaga adab-adab dalam islam termasuk adalah satunya adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan baik di dunia nyata atau di dunia maya. Dia adalah orang yang tegas terhadap apa yang menurutnya tak sesuai dengan syari'at ilmu yang ia pelajari. Itulah ia..., tak banyak para ikhwan mengenalnya, karena ia memang tak ingin banyak meminta tolong bantuan para ikhwan, apalagi untuk sekedar bicara yang tak penting dan bercanda dengan para ikhwan. Sehingga mereka mengenal sekadarnya. Tapi di lain pihak, ia adalah Ratu nya para akhwat. Akhwat siapa yang tak kenal dengan keramahannya, kebaikannya, kelembutannya, kekhusyu'an ibadahnya, kerapian dan keteraturannya serta jiwa sosialnya yang tinggi yang mampu mengorbankan dirinya demi orang lain. Ia, itulah dia. orang yang dikagumi banyak akhwat tetapi tidak dikenal oleh para ikhwan.. :). Banyak para ibu ingin menjadikan dia menantu. Tapi jodoh cuma satu. itu pula yang sering ia sampaikan kepada kami para adik-adiknya "Cintai orang yang di Lauhil Mahfudz", katanya. Dan itu bukan sekedar kata-kata kosong. kami tahu kata-kata itu memiliki ruhiyah yang dalam dan kuat. Karena beliau telah mempraktekannya sebelum mengucapkannya kepada kami.

Saya tidak tahu seberapa dalam dan luas kesabarannya, tapi apapun itu rasanya jarang bahkan tak pernah terlontar dari lisannya ucapan kekecewaan apalagi keluhan akan sesuatu yang belum ia peroleh. walau saya tak pernah tahu bagaimana hati kecilnya menyimpan manis catatan-catatan kepedihan itu hingga tak pernah ada yang tahu apakah dia pernah sedih atau tidak.

Ditengah marak-maraknya para gadis dan lelaki bergalau ria tentang cinta, Dia justru tetap santai, ceria dan bahagia dengan agenda-agenda dakwahnya.
Ditengah banyaknya wanita dan lelaki yang asik memajang wajah cantik dan gantengnya agar dikenal dan dikagumi, Dia justru tak terpancing dengan iklan-iklan sosmed facebook, twitter atau instagram yang dapat mempertemukan ribuan teman dan pasangan.
Dan ditengah rimbunnya postingan-postingan para wanita dan lelaki yang menginginkan Rumah Tangga,
Dia Justru dengan lembut berdo'a dan khusyuk mendekatkan diri pada Allah yang Maha Kuasa.

Hingga akhirnya, memang indah lagu ini padanya...

Terlintas tanya hati, 
siapakah yang kan mengisi
hari-hari ku nan penuh cinta
yang kan membawa ke Surga..

Dia yang mencintaiku 
dan semua kekuranganku 
yang kan membimbingku di dunia
menuju cinta yang Kuasa..

Untukmu imamku 
kuserahkan segala cintaku
cinta yang kan menuntutku menggapai cintaNya
bersama denganmu..

Untukmu imamku 
ku berikan kesetiaanku
berdua memadu janji satu
sambut cintaku hanya untukmu..

Untukmu Imamku (Oki Setiana Dewi).

Rumahku yang Terjajah.



Ust. Salim A. Fillah bercerita.
Suatu saat kami duduk di masjid Jogokariyan, di hadirat
Syaikh Dr. Abu Bakr al-Awawidah , Wakil Ketua Rabithah
Ulama Palestina.
Kami katakan pada beliau, "Ya Syaikh, berbagai telaah
menyatakan bahwa persoalan Palestina ini takkan selesai
sampai bangsa Arab bersatu. Bagaimana pendapat anda?"
Beliau tersenyum. "Tidak begitu ya ukhayya," ujarnya lembut.
"Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya
ini sesiapa yang dipilih-Nya; Dia genapkan untuk mereka
syarat-syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama
dan kejayaan itu."
"Pada kurun awal," lanjut beliau, "Allah memilih bangsa Arab.
Dipimpin Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, dan beberapa
penguasa Daulah Umawiyah, agama ini jaya. Lalu ketika para
penguasa Daulah itu beserta para punggawanya
menyimpang, Allah pun mencabut amanah penjayaan itu dari
mereka."
"Di masa berikutnya, Allah memilih bangsa Persia. Dari arah
Khurasan mereka datang menyokong Daulah Abbasiyah.
Maka penyangga utama Daulah ini, dari perdana Menterinya,
keluarga Al Baramikah, hingga panglima, bahkan banyak
Ulama dan cendikiawannya Allah bangkitkan dari kalangan
bangsa Persia.
"Lalu ketika Bangsa Persia berpaling dan menyimpang, Allah
cabut amanah itu dari mereka; Allah berikan pada orang-
orang Kurdi; puncaknya Shalahuddin al-Ayyubi dan anak-
anaknya."
"Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada
bekas-bekas budak dari asia Tegah yang disultankan di Mesir;
Quthuz, Baybars, Qalawun diantaranya. Mereka, orang-orang
Mamluk."
"Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan
amanah itu pada bangsa Turki; Utsman Orthughrul dan anak
turunannya, serta khususnya Muhammad al-Fatih."
"Ketika Daulah Aliyah Ustmaniyah ini berpaling juga, Allah
cabut amanah itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah
belum menunjuk bangsa lain lagi untuk memimpin penjayaan
Islam ini."
Belia menghela nafas panjang, kemudian tersenyum. Dengan
matanya yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan
wajahnya pada kami lalu berkata. "Sungguh diantara bangsa-
bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianah; yang
agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi berhidung pesek,"
katanya sedikit tertawa, "Yang belum pernah ditunjuk Allah
untuk memimpin penzhahiran agamanya ini."
"Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa
kejayaan akhir zaman akan datang dari arah Timur dengan
bendera-bendera hitam mereka? Dulu para Ulama
mengiranya Khurasan, dan Daulah Abbasiyah sudah
menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka
menggulingkan Daulah Umayyah. Tapi kini kita tahu; dunia
Islam ini membentang dari Maghrib; dari Maroko sampai
Merauke," ujar beliau terkekeh.
"Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah
itu adalah kalian, wahai bangsa mUslim Nusantara. Hari ini,
tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat Allah
memimpin peradaban Islam."
"Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali
kami, para pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak
berjuang di garis depan. Bersabar menanti kalian layak
memimpin. Bersabar menanti kalian datang. bersabar hingga
kita shalat bersama di Masjidil Aqsha yang merdeka Insya
Allah."