BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Rabu, 14 September 2011

semua akan baik-baik saja

Entah mengapa rasanya aku sudah mulai menyukai tempat ini. Rasanya tenang dan nyman. Ini seperti tempat refreshing bagiku bila sudah bertumpuk kata-kata di otakku. Tapi aku juga tak pengin melihat datuk berlama-lama di tempat ini.
Terkadang rasa pengen lari, berhenti dan sikap negatif lainnya bersarang meningat betapa lemah dan tak berdayanya diri ini.
Apakah terlalu berat atau aku yang tak sanggup lagi.
Sesak rasanya bila mengingat amanah-amanah yang terlalaikan didiriku. Tak apalah bila amanah itu milik aku pribadi mungkin tak cukup membuatku merasa bersalah. Tapi bila amanah itu sudah menyangkut orang lain dan kedepan sedangkan aku sendiri atau lebih tepatnya merasa sendiri...maka aku akan sangat merasa bersalah. Ingin mundur bahkan lari. Tapi bila aku mundur apa semua akan terselesaikan?? Dan bila ku bertahan, siapa yang dapat menahan saat aku telah rapuh dan jatuh?.
Al alim menantiku berkata untuk bergerak, tapi siapa yang akan mendengar saat aku berkata. Kemana mereka, dimana mereka atau aku sendiri yang sepatutnya dimana??? Ahgg.. terlalu sedih rasanya melihat kondisi hari ini. Aku mengingat betapa berharganya proposal pengesahan al-alim waktu itu. satu-satunya lembaga lain di fakultas yang bisa disetujui oleh dekan dan berdiri di kekejaman rezim biru. Tapi ternyata, belum sanggup aku berdiri, rayap telah mengerop tulang dan harapanku. Aku kecewa pada diriku dan ditinggal oleh tongkat-tongkatku. Lalu siapa yang akan menyanggaku kembali. Aku tak bisa bergerak sendiri dan aku tak bisa memikirkan ini sendiri. Rasanya terkadang pengin lari. Tapi aku terikat dan mengikatkan diri. Sudah terlanjur banyak yang percaya dengan al-alim dekan, PD 3 dan lembaga fakultas lain yang kemudian berusaha agar mereka seperti al-alim. Al- alim ibarat pelopor dan penyulut api semangat untuk fakultas lain. Memang tidak mudah mendirikan al-alim apalagi dikelilingi ranjau-ranjau yang setiap saat akan meledak. Sayang, pertahananku tidak kuat. Aku sendiri sebenarnya berada diluar area peperangan. Tapi mengapa mereka yang di bermain di area tidak sedikitpun perhatian terhadap ambulan al alim ini. Apa aku harus berteriakkk!!! Pengesahan al-alim bagiku rasanya sama dengan ujian skripsi yang dilalui teman-temanku. Betapa bahagianya mendapat tanda tangan itu. tapi kini, apa aku harus mengganti ketertinggalan skripsi dengan kekecewaan?
Aku tak mau al-alim mati lagi, sudah terlalu sakit saat pendiri pertama dan teroris merebut teman, bahkan al alim sendiri dari fakultas. Tapi jangan khawatir. Untuk kali ini, al-alim akan tetap terus bergeriliya walau harus merangkak dan mengais untuk berdiri. Bismillah...

Tidak ada komentar: