BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Kamis, 02 Februari 2012

jambi, terimakasih telah memberiku cinta dan hati

ini aku yang salah atau aku yang linglung.
kok mereka malah memberiku selamat.
apa mereka gak tau aku sedang perih?
hm... atau jangan-jangan
ck..ck..ck.. ah, sudahlah gak baik berburuk sangka. tingkatan persahabatan paling kecilkan berbaik sangka.
tapi pliss.. tolong sedikit saja pahami
aku perih, aku sed..
sudahlah, ini mungkin memang jalan hidup.
dahulu, saat ditinggal kak nisa,aku juga begitu
aku terdiam sama seperti mereka saat ini.
aku terdiam tanpa kata dan tak ingin menyebutkan perihal kepergian2 saat bersama kakak.
aku hanya pengin berbahagia dan tak ingin memikirkan apa yang kan terjadi nanti.
tapi aku sudah tiga kali nangis gara-garanya saat ia mengerjaiku dan berkata kan pergi esok hari.
lalu, aku tak lag menangis sampai pada akhirnya ia memang benar-benar harus meninggalkan jambi dan air mataku bergulir karena untaian kata terakhir.
tapi sebentar lalu aku diam.
hingga pada waktu ia berangkat dan aku tak mengantarnya karena mungkin kupikir aku tak kan sanggup untuk kembali kerumah sendiri.
saat itu, detik itu. serasa hilang rasa. tak ada tawa, ceria atau cerita.
hanya diam dan sendiri itu cukup melegakan. aku berkutat pada pikiran dan perasaan. antara kenyataan dan kepasrahan ilahi.
3 orang telah menegurku akan sikapku. tapi itulah kondisi saat itu. pernah merasa hati kosong dan sendiri?
begitulah mungkin aku waktu itu. sehari-hari aku sering bersamanya. bila ada masalah atau cerita selalu padanya.
aku dan kakak seperti soulmate. 2 hati satu jiwa. bahkan ada yang bilang bila lihat aku pasti keingat kak nisa. sebegitu miripkah?
tidak, dia lebih sempurna. 1 tahun tanpa kepastian. dua orang sahabat telah terpisah antara sumatra dan sulawesi. dia di 2 jam awal waktu ku bergulir.
tanpa kepastian entah kapan kan bertemu kembali, ntah di dunia atau di syurgaNya.
tetes air penglihatan sepertinya selalu tepat mengisahkan segala perih, hingga memisahkan sadar dan tidak sadar sebuah kepasrahan.
aku, kini yang merasakannya. dan tak ingin membuat mereka bersedih.
karena tak bisa ku lihat mereka bersedih.
lalu...
biarlah kita simpan tangis di hati. dan keluarkanlah saat engkau yakin berada sendiri.

Tidak ada komentar: