BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Rabu, 12 November 2014

Segelas Air dan Danau



Disuatu tempat yang jauh dari keramaian. Tinggallah seorang kakek tua yang bijak. Mendengar kebijaksanaan kakek tua tadi, datanglah seorang pemuda yang tampan tapi kumel dan kusut wajahnya. Pemuda itu bercerita banyak kepada si kakek tentang pengalamannya. Ia mengatakan bahwa dahulu ia adalah seorang yang berkecukupan, tampan dan apa yang ia inginkan bisa ia dapatkan. Tapi karena berbagai cobaan yang akhir-akhir ini ia jalani, membuat ia menjadi kumel, kucel dan tidak tentu arah.
Sang kakek hanya terdiam khusyu’ mendengar cerita pemuda tadi. Setelah pemuda tadi menjelaskan panjang lebar perihal kehidupannya. Sang kakek masuk ke dalam dan keluar membawa segelas air dan sesendok garam. Kakek tadi meminta si pemuda memasukkan garam kedalam gelas tadi, diaduk dan diminum. Sang kakek bertanya, “Bagaimana rasanya?”
“Pahit campur asin kek” Jawab sang pemuda.
Lalu setelah itu sang kakek mengajak pemuda tadi pergi ke suatu tempat. Bercampur perasaan ragu dan bingung si pemuda kucel tadi mengikuti kakek yang berjalan sambil memegang tongkatnya. Tidak lama berselang sampailah mereka ditepi sebuah danau yang indah. Melihat danau ini seperti melepaskan segala kerisauan dan permasalahan si pemuda. Danau yang indah dipenuhi dengan tanaman hijau dan asri, sepertinya danau ini jarang dikunjungi orang. Buktinya lumut-lumut senang tumbuh dan menghijau disana.
“Danau ini sangat indah Kek.” Ucap pemuda tadi. Sang kakek hanya tersenyum dan memberikan sesendok garam yang diambil dari kantungnya.
“Masukkan ini ke dalam danau itu” Seru kakek tua bertongkat tadi. Dengan wajah kebingungan si pemuda menurut dan mengikuti perintah sang kakek. “Sekarang aduk dan minumlah.”
“Tapi kek...” sela pemuda tadi. Wajah teduh sang kakek membuat sang pemuda tak berani melanjutkan perkataannya. Akhirnya ia mengikuti perintah sang kakek. Dimasukkan garam, diaduk dan diminum air danau tadi menggunakan tangannya. Sekali teguk, lalu pemuda tadi ketagihan diambilnya dengan menggunakan kedua tangannya dan diminum air tadi berkali-kali hingga ia merasa puas dan kenyang dengan air tadi hingga tanpa sadar baju pemuda tadi telah basah karena tetesan air danau yang ia minum.
Setelah pemuda itu selesai, sang kakek bertanya pada pemuda tadi, “Bagaimana rasa airnya?”
“Segar Kek, sangat segar. Saya tidak pernah minum air sesegar ini sebelumnya.” Jawab pemuda dengan sangat antusias.
“Duhai pemuda, apa kamu tahu mengapa aku menyuruhmu meminum air yang berisikan air garam di sebuah gelas dan didanau ini?”
Pemuda tadi menggeleng.
“Air itu diibaratkan hati, dan garam diibaratkan permasalahan didalam kehidupan. Bila kita menempatkan hati didalam sebuah gelas maka ketika masuk suatu permasalahan walau hanya sesendok garam maka akan terasa pahit. Tapi bila hati kita ibarat sebuah danau maka sesendok garam tak akan berarti apa-apa untuk diri kita.”
***
 
“Didalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, bila daging ini baik maka baik pula seluruhnya. Bila daging ini buruk, maka buruk pula seluruhnya. Segumpal daging itu bernama Hati. 

Keep your heart.

Karena hati adalah raja dan tubuh adalah prajuritnya.

Tidak ada komentar: