BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Sabtu, 16 Juli 2011

Seharusnya kita malu dan berkaca kepada anak kecil

Hari ini, hujan deras tapi dengan giat dan tanpa rasa malas, anak-anak TK telah siap dan merengek kepada ibunya supaya diantarkan kesekolah
“hari hujan nak”, ucap sang ibu
Sang anak melihat ke jendela sambil menunggu hujan reda. Dia terdiam dengan baju rapi, sepatu juga tas ransel dipunggungnya, ia terus melihat ke rintik hujan berharap agar hujan cepat reda dan dia bisa bersekolah. Semangat yang besar di dalam tubuh dan usia yang masih muda.
“Ibu, hujan reda. Ayo bu ke sekolah...”,
“Ia sayang, tunggu sebentar. Masih rintik-rintik kecil tu”
“Ah, ibu. Kecil juga gk papa la. Ayo bu...”, rengek sang anak.
“Oke cantik”, jawab Ibu sambil tersenyum melihat sang anak begitu semangat menuju sekolah
“Yeeee.... “ teriak sang anak girang

    Sesampai di sekolah, ternyata ibu guru tercinta belum datang. Tetapi tak apa, sang anak terus bermain dan tertawa tanpa beban, yang penting dia sudah sampai di sekolah.

Sungguh niat yang mulia didalam jiwa yang sangat kecil 5 tahun. Tak ada rasa kecewa ketika tahu di sekolah, gurunya telat datang. Tak ada sedih ketika belum ditemukannya teman-teman dikelas. Ia tetap yakin bahwa nanti teman-temannya akan datang dan guru akan datang.
Dan kini, keyakinannya terbukti, satu persatu teman-temanpun datang. Dia tambah gembira dan bahagia. Mereka bercanda dan bermain penuh ceria, walau masih gerimis di luar sana. Karena bagi mereka, bermain sama dengan belajar. Belajar bersosialisasi dengan teman, belajar menghargai, belajar berkomunikasi, belajar terima bila ada teman yang tidak bisa berbagi. Walaupun nangis, kesal dan sempat berteriak. Tapi yakinlah, sebentar lagi mereka akan kembali damai. Karena tak pernah ada dendam yang tersimpan di hati...

    Di tempat yang lain, tanpa diketahui murid dan guru yang lain. Seorang guru telah berangkat dari rumah pagi-pagi sekali untuk menemui murid-murid tercinta, mengajar dengan penuh cinta walau penat dan masalah sempat mampir di hatinya. Tapi murid-muridnya, tak akan menjadi korban untuk kejadian yang tak ada sangkut pautnya dengan mereka.
Tiba-tiba hujan turun tanpa memberi kabar sehingga sang guru basah kuyup. Ia tak mungkin pergi dan mengajar dengan baju seperti ini” pikirnya. Akhirnya, dengan sedikit sedih ia kembali pulang ke rumah. Sebenarnya ia sudah pasrah, dan males sekali untuk keluar rumah di cuaca yang mendung ini.
Tapi senyum manis dan lugu sang anak ternyata mampu memompa semangat lain didalam jiwa sang guru mulia. Ia bangkit dan kembali bersiap pergi ke sekolah sambi berkata didalam hati Murid-muridku aku datang... tunggu ibu ya nak... :)) 

Tidak ada komentar: