BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Rabu, 17 Agustus 2011

Indonesiaku Merdeka Ya

66 tahun yang lalu
Aku belum terlahir ke dunia ini
66 tahun yang lalu
Ku tak menginjak tempat ini

66 tahun yang lalu
Proses peristiwa sejarah yang berdebar
menerjang segala kegalauan
66 tahun yang lalu
Berdiri ksatria-ksatria berani
menguras pikiran, tenaga dan hati
untuk membela negeri ini
66 tahun yang lalu
telah mengukir senyum-senyum lebar
sebagai ganti jerit dan luka hati

66 tahun yang lalu
si gagah pertama kali
berdiri menantang matahari
bersama pejuang-pejuang sejati
yang akan menjaganya untuk tegak berdiri
bersama untaian pemersatu
olah rasa W.R. Supratman

"Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah
Aku berdiri jadi pandu ibuku

Indonesia kebangsaanku
bangsa dan tanah airku
marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negeriku
Bangsaku rakyatku
Semuanya

Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia raya merdeka merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia raya merdeka merdeka
Hiduplah indonesia raya"

Suasana begitu hening
Sehening tetesan lembut yang mengalir di pipi
Akhirnya hari itu sampai
Akhirnya derita itu terberai
Hati-hati yang luka tak lagi terkoyak
Jiwa-jiwa muda tak lagi menompang senjata

Hari itu, masih terngiang
Asep kecil membawa meriam berat dipundak
Lebih berat dan lebih besar dari tubuhnya sendiri
Hingga akhirnya diketemukan komunis bersama padi-padi

Kecil sebagai teman untuk menyambung hari.
Hari itu, masih terbesit
Luka-luka perih kehilangan teman akrab bersama, kekasih

Setia, ayah anak bahkan istri tercinta.
Mereka telah berbaur dan lebur dalam
66 tahun yang lalu

Perjuangan itu, kini telah berlalu
Ingin ku kabarkan pada dunia
Pada semua uangkap rasa bahwa aku bangga
"INDONESIAKU MERDEKA"
"INDONESIAKU MERDEKA"
INDONESIAKU MERDEKA...

Namun,
Mulutku terbungkam
Padahal aku telah berteriak dan berteriak "merdeka"
Hanya,
Mulutku terbungkam
Suara hatiku pun tak terdengar
Ku lafazkan pelan-pelan
Ku eja perlahan
"In..in..indo..ne..sia..ku.."
Entah kenapa kini lebih sulit
Air mata perlahan menetes
Melihat pejuang kecil merampas harta ibunda perakit
kemerdekaan.
Air mata tumpah
Pemuda-pemuda pemberani beralih fungsi
menjadi patung-patung kaku penelantar hidup
Air mataku pecah
Pemimpin-pemimpin perkasa
Penjarah uang negara!!!

Lalu...
Dimana Indonesiaku Merdeka???
ku coba untuk mengulang lagi kalimat indahku di 66 tahun
yang lalu

Indonesia Merdeka
Ku coba mengeja lagi huruf demi huruf
Indonesia merdeka

Namun, semakin kucoba
Semakin sesak ku rasa
Hingga akhirnya ku berhasil berkata meski terbata
"Indonesiaku Merdeka"
Persis seperti 66 tahun yang lalu
Bersama uraian airmata ku ucap indonesiaku merdeka.
Tapi kali ini,
lebih sakit dari penjajah,
lebih perih dari luka.
Bukan kesenangan dan kegembiraan.
Tapi kekhawatiran indonesiaku akan berubah apa.
Ingin rasanya ku berlari
Mengabarkan indonesiaku kepada pejuang-pejuang yang tak kenal henti
tapi, aku khawatir
Mereka tak tersenyum lagi
Karena merah putih tak dipandang lagi berarti oleh anak negeri.

"Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
selalu dipuja-puja bangsa

Disana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung dihari tua
Sampai akhir menutup mata

Indonesia tanah air beta
Tiada bandingan didunia
Karya indah tuhan maha kuasa
bagi semua umat bangsa"

Tidak ada komentar: