BUMI TIDAKLAH BERPUTAR, SEBELUM DIPERINTAHKAN UNTUK BERPUTAR

Kamis, 14 Agustus 2014

Obrolan meja makan


Hari ini aku bersyukur, karena masih bisa Allah pertemukan dengan keluargaku. Haru rasanya melihat mereka. Agak sulit bila ku ungkap dengan kata.
Sore kemarin aku berbincang bersama bibi, tak sanggup rasanya untuk memutar beberapa bulan lalu saat suami tercinta telah duluan menghadap Ilahi. Hingga kinipun sebenarnya masih tak sanggup, aku takut membuatnya terluka atau aku takut menyentuh sedih yang selalu ia tepis. Bibi sendiri dirumah, tinggal bersama datuk dan nenek. Dita sekarang sedang berjuang menyelesaikan tesis agar cepat bisa kembali ke Jambi dan menemani bibi. Pipit sedang meneruskan kuliah, dengan rasa tega tak tega bercampur sedih dan khawatir ia harus berangkat ke palembang karena sudah harus kuliah. Berikan ketenangan hati dan cintaMu Rabb. Amin.
Pagi ini aku bermain kerumah nenek dan datuk, mereka berdua karena bibi sedang kerja. Aku sedih tapi itu cambuk dan peringatan buatku. Datuk selalu mengingatkanku dengan kata “Padek-padek belajar, jangan leko”, “Elok-elok, datuk bedoa terus kamu siko berhasil”. Kata-kata yang keluar dari seorang yang dulu ku kenal gagah, kuat, dan rajin kini telah lemah, dan sangat rentan.
Aku teringat ketika pak meninggal, saat itu aku dan abang langsung mencari tiket pulang. Ke galauan menimpa. Dan air mata berkumpul saat ku lihat di rumah sudah berdiri tenda, banyak kursi dan lalu lalang beberapa pelayat. Almarhum baru saja dikuburkan, selang beberapa menit kami sampai dirumah. Tangis kami pecah melihat datuk dan nenek. Langsung kucari papa dan mama.
Belum berani ku lihat bibi di sebelah, karena kami masih berlinang air mata, begitu pula abang. Dari besar hingga kini, tak pernah ku lihat ia menangis. Kali itu langsung keluar dari mulutnya “Abang sedih, gak pernah pulang dalam keadaan begini” sambil menangis.
***
Terulang lagi kata-kata itu, datuk merasa kenapa harus menantunya yang duluan pergi. Datuk terkadang sering berharap . Mungkin datuk merasa kesepian, karena tidak ada lagi teman-temannya di tempat fana ini. Yang lebih muda kadang telah mendahului. Aku selalu bingung bila ia berkata begitu. Aku hanya diam. Kalau aku pribadi ingin datuk dan bahkan semua hidup lama bersamaku karena ku takut sendiri dan tak mau kehilangan. Tapi apa aku harus egois?. Aku masih ingin berharap ia disini melihatku dan anak-anak. Tapi, sepertinya ia benar-benar tidak tertarik pada fana ini. Ia kadang berdoa untuk bertemu kekasihnya. Tapi aku tak mau kehilangan. Berikan yang terbaik untuk Datuk ya Allah... karena kami milikMu. Ampuni dosa-dosa kami, mudahkan kami untuk menghadapMu, matikan kami dalam keadaan khusnul khotimah, jauhkan kami dari siksa kubur dan siksa neraka, masukkan kami kedalam surga FirdausMu Rabb.. Amin ya Robbal ‘alamin
***
Pagi ini kami berbincang di meja makan, kami berbicara tentang keberangkatan lisa dan aku. Lisa berangkat besok pagi. dan diriku mungkin bulan depan jawabku pada nenek. Nenek berkata, “Bentar lagi selesai la dak yuk”.
“Iyo nek, insyaAllah bentar lagi selesai”
“Yo, udah tu balek la dak”
“Iyo Nek, udah tu balekla. Dak enak jugo disano.” Karena aku gak bisa ngapa-ngapain disana. Kalau disini mah insyaAllah fasilitas lengkap, kalau mau pergi tinggal ngidupin motor. Go. Coba kalo disana, lihat uang didompet dulu, jalan kedepan, naik angkot berkali-kali, belum lagi macet. Ya Allah, ampun dah. Habis diongkos, waktu. Kuat-kuat iman aja dah disana. J lagian kalo disini kan dekat dengan ortu dan keluarga. Yeee.... ups, balik lagi ke cerita diatas. Ternyata belum selesai sampai disitu. Nenek masih melanjutkan obrolan tadi.
“Iyolah, biak pun jelek gini, kampung awak jugo dak. Balekla.” Gubrak,.. nyelekit, sesek rasanya. Langsung ingat disana, semua kegiatan dan aktivitas disana. Akankah bisa secepat itu ku lupakan dan hapus dari diri?. Biarlah Allah yang menentukan nanti. Karena mungkin aku sudah cinta dengan MD, para Ustadz, suasana, kesibukan dan teman-teman disana. Itu yang sangat memberatkan. Biarlah Allah yang menetapkan. Tapi ku ingin semua tahu, ummi, kami bahagia dan senang berada di MD. Terimakasih untuk kesempatan dan kepercayaanya kepada kami. We love you Ummi, We love MD. Kalian selalu di hati.

Tidak ada komentar: